Kamis 16 Apr 2020 19:54 WIB

Bahaya Hand Sanitizer Buatan Sendiri

Membuat hand sanitizer sendiri juga menyebabkan kelangkaan alkohol.

Rep: Binti Sholikah/ Red: Dwi Murdaningsih
Hand sanitizer (ilustrasi)
Foto: republika
Hand sanitizer (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO - Meningkatnya permintaan terhadap cairan pembersih tangan atau hand sanitizer dijadikan peluang bisnis oleh sebagian masyarakat. Meski telah mengikuti petunjuk WHO, produk hand sanitizer buatan sendiri tersebut perlu diwaspadai.

Organisasi kesehatan dunia (WHO) telah merilis pembuatan hand sanitizer mengandung alkohol 96 persen atau isopropyl alcohol 99,8 persen, gliserol 98 persen, hidrogen peroksida 3 persen dan aquadest.

Baca Juga

Dosen Sekolah Vokasi Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Heru Sasongkomenilai, harus ada edukasi kepada masyarakat khususnya terkait penggunaan hand sanitizer. Sebab, hand sanitizer dengan produksi dan bahan yang tidak standar, berakibat pada tidak efektifnya produk tersebut sebagai antiseptik. Sehingga, percuma menggunakan hand sanitizer tersebut.

Heru merinci, hal–hal yang membuat tidak efektif dari penggunaan hand sanitizer misalnya, kadar alkohol awal yang tidak sesuai standar yakni di bawah 60 persen pada saat pembuatan. Kemudian, penyimpanan hand sanitizer di bawah suhu tinggi mengakibatkan alkohol mudah menguap apalagi disimpan pada wadah yang tidak kedap. Serta pengenceran yang berlebihan pada hand sanitizer cair mengakibatkan kadar zat aktif menjadi turun.

"Hal-hal tersebut dimungkinkan terjadi mengingat sulitnya mencari bahan baku untuk membuat hand sanitizer. Pada produk hand sanitizer berbasis home made tidak ada quality control pada bahan, proses dan produk akhir sehingga kualitas dari produk yang dihasilkan masih dipertanyakan," ujarnya.

Oleh karena itu, lanjutnya, produk dari industri resmi bisa menjadi pilihan utama bagi masyarakat karena sudah pasti diproduksi sesuai standard yang ditetapkan oleh BPOM RI. Pemerintah diminta segera turun tangan untuk mengatasi kelangkaan bahan baku dengan membuat skala prioritas terhadap kemudahan memperoleh bahan hand sanitizer khususnya pada sektor industri, rumah sakit maupun sarana pelayanan kesehatan lainnya.

Dia mengatakan, sebelum kasus Covid-19 muncul, penggunaan hand sanitizer mengandung alkohol lebih banyak digunakan pada fasilitas kesehatan seperti rumah sakit dan klinik. Penggunaan hand sanitizer di rumah sakit merupakan suatu Standar Operasional Prosedur (SOP) agar tidak terjadinya infeksi silang antara pasien, tenaga kesehatan dan pengunjung.

"Tidak banyak perusahaan farmasi yang membuat hand sanitizer di Indonesia, akibatnya barang menjadi langka karena banyaknya permintaan. Hal ini menjadikan ladang bisnis sendiri bagi sebagian masyarakat untuk mencari keuntungan yang besar. Ketika permintaan banyak maka harga bisa menjadi lebih mahal dibandingkan dari harga normal sebelumnya," kata Heru beberapa waktu lalu.

Produk hand sanitizer resmi yang langka menjadikan masyarakat melakukan upaya produksi sendiri. Peluang ini dilakukan oleh masyarakat karena sudah mengetahui proses dan bahan untuk pembuatannya. Formula mudah diperoleh melalui internet, bahkan BPOM RI telah merilis formula tersebut berdasarkan formula dari WHO.

Kondisi tersebut menjadi dilema bagi perusahaan farmasi yang sudah mempunyai izin resmi. Di sisi lain pemerintah berharap dengan dirilisnya formula maka masyarakat dapat membuat sendiri dan dapat dipergunakan sewaltu-waktu. Bahan baku yang mudah didapat dan cara pembuatan yang praktis membuat masyarakat tertarik untuk memproduksinya.

Namun kondisi saat ini ternyata di luar ekspektasi, sebab hand sanitizer yang diproduksi masyarakat malah diperjualbelikan untuk umum. Permintaan yang sangat besar membuat sebagian masyarakat tertarik untuk menjadikan sebagai peluang bisnis. Imbasnya, terjadinya kelangkaan bahan baku.

"Dengan produksi berbasis home made menjadikan hand sanitizer baru bermunculan khususnya di pasar online. Kelangkaan bahan baku dan permintaan yang tinggi menjadi penyebab kenapa harga semakin melambung dan tidak terkontrol," imbuhnya.

Kelangkaan terjadi khususnya pada alkohol 96 persen karena sebagai bahan utama pada pembuatan hand sanitizer. Kelangkaan juga terjadi pada bahan pengemas yakni botol khususnya yang berbentuk semprot. Kelangkaan alkohol berimbas pada penggunaan di rumah sakit dan klinik. Banyak rumah sakit mengeluh atas kelangkaan alkohol yang selama ini digunakan sebagai antiseptik pada saat operasi maupun tindakan lain.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement