REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Para pelaku usaha kuliner didorong untuk dapat cepat beradaptasi di masa normal baru, di mana semua kegiatan harus berpedoman pada protokol kesehatan.
Dosen Ilmu dan Teknologi Pangan dari Universitas Sebelas Maret, Ardhea Mustika Sari, mengatakan, kuliner memang bagian dari sektor pariwisata yang terkena dampak langsung dari pandemi Covid-19. Ia mencontohkan kuliner di Kota Solo yang dikenal dengan berbagai menu khas dan bisa dinikmati selama 24 jam. "Tetapi begitu masa pandemi ini hampir semua subsektor pariwisata tak terkecuali kuliner ikut terdampak yang otomatis mengalami penurunan omzet yang sangat tajam," kata Ardhea dalam Siaran Pers Kemenparekraf, Ahad (28/6).
Ardhea mendorong agar para pelaku usaha kuliner untuk dapat cepat bangkit dengan beradaptasi dan melakukan segala kegiatan yang berpedoman pada protokol kesehatan. Termasuk dengan lebih memanfaatkan teknologi digital.
Kepala Dinas Pariwisata Kota Surakarta, Hasta Gunawan, mengatakan para pelaku di sektor kuliner juga harus dapat melakukan terobosan dengan mengedepankan kreativitas dalam mengelola produk. Di antaranya bagaimana mengemas jenis-jenis makanan yang bisa lebih awet meski tanpa pengawet. "Kita harus terus berpikir dan mengembangkan bagaimana kreativitas-kreativitas di bidang pengemasan ini menjadi lebih menarik konsumen," kata dia.
Plt. Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Kemenparekraf, Frans Teguh mengatakan, pemerintah tengah menyusun upaya dan langkah-langkah pemulihan dalam menyambut kondisi normal baru di sektor pariwisata. "Pandemi COVID-19 bukan hanya memberikan dampak yang besar kepada sektor pariwisata tetapi juga sektor ekonomi kreatif," kata Frans Teguh.
Frans menjelaskan, pihaknya akan terus berupaya memberikan pendampingan pada pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif dalam memasuki normal baru. Kemenparekraf sedang menyiapkan handbook untuk pelaku usaha di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif, sebagai turunan yang lebih detil dari protokol yang telah disusun Kementerian Kesehatan berdasarkan masukan dari Kemenparekraf untuk sektor Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
“Tentunya protokol ini nantinya tidak terbatas pada sektor pariwisata saja, selain ditujukan untuk hotel, homestay, restoran/rumah makan, dan daya tarik wisata, protokol ini juga akan menyasar berbagai kegiatan kreatif yang sifatnya crowd-gather seperti gelanggang seni, kegiatan produksi film, TV, dan iklan serta usaha-usaha ekraf lainnya,” katanya.
Ia juga menjelaskan setidaknya terdapat tiga kunci terkait protokol normal baru tersebut yaitu terkait kebersihan, kesehatan dan keamanan.“Implementasi protocol CHS (Cleanliness, Health, and Safety) penting diimplementasikan oleh para pelaku kuliner di kota Surakarta untuk meningkatkan kepercayaan wisatawan untuk mau mencicipi ragam kuliner di Kota Surakarta kembali,” kata Frans.