Kamis 02 Jul 2020 05:00 WIB

Waspadai Jalur Penularan Hepatitis B

Hepatitis B tak bergejala pada tahap awalnya.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Reiny Dwinanda
Vaksin (ilustrasi). Hepatitis B bisa dicegah dengan pemberian vaksin.
Foto: AP Photo/Rogelio V Solis
Vaksin (ilustrasi). Hepatitis B bisa dicegah dengan pemberian vaksin.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hepatitis B merupakan penyakit yang tak bergejala pada tahap awalnya. Penyakit yang kerap disebut sebagai silent killer itu harus diwaspadai penularannya.

Dr dr Irsan Hasan SpPD-KGEH menjelaskan, jalur penularan hepatitis B terbagi dua, yaitu transmisi horizontal dan transmisi vertikal. Transmisi lokal merupakan penularan hepatitis B yang terjadi dari pengidap ke orang lain, misalnya melalui jarum yang terkontaminasi, hubungan seksual, atau transfusi.

Baca Juga

Transmisi vertikal hanya terjadi pada ibu hamil yang positif hepatitis B kepada bayi yang mereka lahirkan. Irsan mengatakan, 90 persen bayi yang terinfeksi melalui transmisi vertikal ini akan menjadi kronik.

"Sementar kalau yang tertular itu orang dewasa, kemungkinan menjadi kroniknya hanya 10 persen," ungkap Irsan dalam webinar yang diselenggarakan Kalbe Ethical Customer Care (KECC) dan Hepamax.

Pemeriksaan, pengobatan, dan vaksinasi

Hepatitis B bisa dideteksi melalui tes darah dengan memeriksa HBsAg dan Anti HBs. Hasil HBsAg positif menunjukkan bahwa orang tersebut sakit hepatitis B. Sedangkan, hasil Anti HBs positif menunjukkan bahwa orang tersebut sudah punya kekebalan.

"Nanti dokter akan melanjutkan dengan pemeriksaan HBeAg, Anti HBe, dan HBV DNA," ungkap Irsan.

Tujuan pengobatan hepatitis B adalah menghilangkan virus dan menghambat progresi. Irsan mengatakan, virus penyebab hepatitis B cukup sulit untuk dihilangkan secara tuntas, oleh karena itu dilakukan juga upaya untuk menghambat progresi penyakit.

Artinya, bila organ hati masih sehat, perjalanan penyakit harus dihambat agar tidak terjadi pengerasan hati. Bila sudah terjadi pengerasan, perlu dicegat agar tidak menjadi sirosis. Bila sudah terjadi sirosis, dicegah agar tidak menjadi kanker.

"Kalau jadi sirosis atau kanker, jangan sampai pasiennya meninggal, itu tujuan utama dari pengobatan," tutur Irsan.

Terkait pengobatan, Irsan mengatakan, semua jenis obat untuk hepatitis B tersedia di Indonesia. Akan tetapi, tidak semua pasien harus mendapatkan obat antivirus.

Obat antivirus hanya diberikan pada pasien yang memenuhi indikasi. Dokter yang akan menentukan apakah seorang pasien perlu mendapatkan obat antivirus atau tidak.

Bagi pasien yang memerlukan pengobatan, obat ini akan diberikan dalam jangka panjang hingga bertahun-tahun dan bahkan seumur hidup. Oleh karena itu, cara terbaik adalah melakukan pencegahan hepatitis B melalui vaksinasi.

"Jadi kalau ingin mencegah, pilihannya adalah vaksinasi," kata Irsan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement