Selasa 07 Jul 2020 16:51 WIB

''UTBK Saat Pandemi Berisiko dan Menguras Emosi''

Protokol kesehatan dijaga betul dan selalu diingatkan oleh panitia

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Gita Amanda
UTBK, (ilustrasi). Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) di masa pandemi ini, dinilai terlalu berisiko oleh peserta.
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
UTBK, (ilustrasi). Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) di masa pandemi ini, dinilai terlalu berisiko oleh peserta.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) di masa pandemi ini, dinilai terlalu berisiko oleh peserta.

"Bagi saya ikut tes di masa pandemi terlalu beresiko. Resikonya tinggi. Apalagi ada peserta yang berasal dari zona merah. Ya, sangat beresiko kita tertular. Tapi mudah-mudahan sih tidak," ujar salah seorang peserta di Kampus UPI, M Faizal Pratama, usai mengikuti rapdi test di Kampus UPI, Jalan Setiabudi, Kota Bandung, Selasa (7/7).

Baca Juga

Faizal mengatakan, ia beruntung protokol kesehatan yang diterapkan panitia cukup ketat. Apa saja yang yang dibolehkan dan yang wajib dilakukan oleh seluruh peserta UTBK, sudah tersosialisasikan dengan jelas.

"Protokol kesehatan dijaga betul dan selalu diingatkan oleh panitia. Mulai masuk ruangan, saat di ruangan, setelah ujian, dan saat rapid test," katanya.

Faizal pun, merasa senang dengan rapid test yang diselenggarakan panitia UTBK. "Alhamdulillah saya bisa ikut rapid test. Mudah-mudahan negatif ya. Ini harus dilakukan karena test UTBK ini melibatkan banyak orang," katanya.

Peserta lainnya, Salma Nafisah mengatakan, tes di masa pandemi cukup mengurasi emosi. Karena, kondisinya sedang darurat kesehatan, sehingga semua aktivitas dikontrol dan harus sesuai dengan protokol kesehatan.

"Ya, cukup menggugah emosi ikut test saat Covid-19 ini. Khawatir sih, tapi dan harus datang ke lokasi untuk tes. Mudah-mudahan hasilnya baik karena testnya juga butuh perjuangan," ujar lulusan MAN 1 Garut ini.

Untuk menepis kekhawatiran terpapar Covid-19, kata dia, ia melaksanakan protokol kesehatan yang ketat sesuai dengan arahan panitia. Seperti sejak dari rumah hingga ujian berlangsung, dan setalah ujian, termasuk saat rapid test.

"Ya, alhamdulillah protokol kesehatannya dilaksanakan dengan ketat. Jadi, ke kitanya juga tidak terlalu khawatir. Kita bisa fokus mengerjakan ujian," katanya.

Sementara menurut Ketua Divisi Pelacakan Kontak Deteksi Dini Pengujian Massal dan Manajemen Lab GTPP Covid -19 Provinsi Jawa Barat dr Siska Gerfianti,  divisinya  hari ini mengawal proses UTBK di 7 kampus. Selain itu, sudah berangkat 4 tim untuk melakukan random sampling Rapid Tes Covid-19 ke  empat kampus. Di antaranya, UPI, ISBI, Unsika dan ITB.

"Ada 88 ribu calon mahasisw UTBK, kami mengambil random sampling 1 persen dari jumlah peserta jadi sekitar 900 orang, baik peserta maupun panitia kami tes random, sampai 21 Juli," katanya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement