Selasa 14 Jul 2020 09:23 WIB

Waspadai, Aplikasi Pra Instal Berpotensi Disusupi Malware

Sebanyak 14,8 persen pengguna seluler menjadi target malware atau adware.

malware
malware

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Riset perusahaan keamanan siber Kaspersky mengungkapkan 14,8 persen pengguna perangkat seluler yang menjadi target malware atau adware pada 2019 menderita infeksi partisi sistem. Hal ini  menyebabkan file berbahaya tidak dapat dihapus. Aplikasi default pra-instal turut berperan dalam masalah ini.

Risiko adanya malware dalam aplikasi pra-instal, menurut Kaspersky, tergantung pada merek ponsel. Risiko aplikasi yang tidak dapat dihapus bervariasi dari satu hingga lima persen terdapat pada perangkat biaya rendah (low-end), dan dapat meningkat hingga 27 persen dalam kasus ekstrem.

Baca Juga

"Analisis kami menunjukkan bahwa pengguna seluler tidak hanya secara signifikan diserang oleh adware dan ancaman lainnya, tetapi perangkat mereka juga mungkin berisiko bahkan sebelum sampai di tangan," ujar peneliti keamanan Kaspersky, Igor Golovin, dalam keterangan tertulis.

Infeksi partisi sistem mengandung risiko tingkat tinggi bagi pengguna perangkat yang terinfeksi. Sebab, solusi keamanan tidak dapat mengakses direktori sistem yang berarti tidak dapat menghapus fail berbahaya.

Menurut Kaspersky, jenis infeksi ini menjadi cara lebih umum untuk menginstal iperangkat lunak yang dibuat untuk menampilkan iklan yang mengganggu.

"Beberapa pemasok perangkat seluler berfokus pada memaksimalkan keuntungan melalui alat iklan dalam perangkat, bahkan jika alat tersebut menyebabkan ketidaknyamanan bagi pemilik perangkat," kata Igor Golovin.

Infeksi dapat terjadi melalui dua jalur. Pertama, ancaman memperoleh akses root pada perangkat dan menginstal adware di partisi sistem. Cara lain, melalui kode untuk menampilkan iklan masuk ke firmware perangkat bahkan sebelum berakhir di tangan konsumen.

Di antara ancaman yang ditemukan dalam direktori sistem, Kaspersky menemukan berbagai program berbahaya. Misalnya, Trojan yang dapat menginstal dan menjalankan aplikasi tanpa sepengetahuan pengguna.

Dalam beberapa kasus, modul adware bahkan sudah diinstal sebelum pengguna menerima perangkat mereka, sehingga dapat mengakibatkan konsekuensi yang tidak diinginkan.

Misalnya, banyak ponsel cerdas memiliki fungsi yang menyediakan akses jarak jauh ke perangkat. Namun jika disalahgunakan, fitur seperti itu dapat menyebabkan kompromi data pada perangkat pengguna.

"Saya menyarankan pengguna untuk melihat dengan cermat model ponsel cerdas yang ingin mereka beli dan memperhitungkan risiko ini. Akhirnya, mungkin pengguna akan dihadapkan pada pilihan antara membeli perangkat yang lebih murah atau yang lebih ramah pengguna," ujar Igor Golovin.

Untuk menghindari risiko yang ditimbulkan oleh adware pada perangkat seluler, Kaspersky menyarankan untuk memeriksa ulasan pengguna sebelum membeli perangkat.

Jika perangkat terinfeksi, periksa pembaruan firmware atau cobalah untuk memasang firmware alternatif. Bisa pula dengan menggunakan solusi kemanan yang dapat membantu mendeteksi berbagai ancaman, termasuk adware.

sumber : antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement