REPUBLIKA.CO.ID, MALANG--Satu kelompok program Pengabdian Masyarakat oleh Mahasiswa (PMM) Bhaktimu Negeri Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menciptakan alat penyiraman otomatis di Kampung Tangguh Sekar Asri, Kelurahan Sekargadung, Kecamatan Purworejo, Kota Pasuruan. Alat ini menggunakan sistem Piranti kecerdasan yang ditambahkan kepada suatu sistem yang bisa diatur dalam konteks ilmiah(Artificial Intelligence). Yaitu dengan menghubungkan sensor kelembapan tanah sebagai pendukung keputusan untuk menghidupkan pompa air sehingga bisa menyirami tanaman warga.
Koordinator Kelompok, Kharisma Muzaki Ghufron mengatakan, kemunculan ide pembuatan alat siram otomatis tidak lepas dari kerjasamanya dengan Kampung Tangguh di Sekar Asri. Program kampung tangguh merupakan gagasan pemerintah bersama Polri untuk menanggulangi bencana (Covid-19). Kegiatannya berupa penegakan disiplin protokol kesehatan, membentuk ketahanan pangan, dan mengurangi angka kriminalitas.
Selain itu, penciptaan alat penyiraman otomatis ini juga dilatarbelakangi kondisi tanaman saat ini. Menurut Kharisma, banyak tanaman di taman umum terlihat memprihatikan. "Sering kali pada siang hari tidak ada yang menyiram," ucap Kharisma.
Senada dengan tujuan Kampung Tangguh, Kharisma dan tim membuat solusi penyiraman otomatis agar tanaman tetap terjaga dan terawat dengan baik. Tanaman yang ditanam sendiri sangat beragam seperti kangkung, bayam merah, dan tomat. Tanaman-tanaman ini bisa dinikmati oleh warga secara langsung.
Untuk membuat alat penyiraman otomatis, kelompok UMM menggunakan alat-alat pendukung piranti cerdas seperti Arduino Uno. Piranti ini diprogram untuk mengambil keputusan apakah pompa air perlu dihidupkan atau dimatikan. Ada juga piranti relay sebagai pemutus dan penyambung arus listrik yang terhubung dengan pompa air. Kemudian soil capacitive moisture censor sebagai pengukur nilai kelembapan tanah.
Arduino Uno diprogram dengan pendekatan kecerdasan buatan menggunakan logika Fuzzy. Dengan demikian, bisa mengenali ukuran kelembapan tanah menjadi tiga variabel. "Yaitu kering, sedang, dan basah,” kata mahasiswa Program Studi Informatika, UMM ini.
Menurut Kharisma, kelebihan alatnya terdapat pada sistem penyiraman. Alat melakukan penyiraman berdasarkan data real nilai kelembapan yang terdapat pada tanah. Selanjutnya, alat bisa segera mengambil keputusan untuk segera melakukan penyiraman atau tidak.
Kharisma dan tim berharap ciptaan alatnya dapat membantu proses pertumbuhan tanaman. Selanjutnya, tanaman dapat dipanen dengan baik dan dinikmati warga. "Dengan begitu bisa dibentuk ketahanan pangan di tengah pandemi Covid-19," katanya.