REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pencetus stres dalam kehidupan datang silih berganti. Masalah kesehatan, pekerjaan, pembelajaran jarak jauh, keluarga, relasi, dan berbagai dampak dari pandemi Covid-19 berpotensi memengaruhi kesehatan fisik dan mental.
Apabila seseorang sudah mengalami gangguan kesehatan fisik dan mental, maka langkah terbaik yang bisa dilakukan adalah berkonsultasi dengan profesional kesehatan. Sebelum itu terjadi, ada cara untuk melakukan pencegahan.
Psikiater Lahargo Kembaren dari RS Marzoeki Mahdi Bogor mengatakan, salah satu cara mencegahnya adalah hati yang gembira. Nasihat kuno bahwa "hati yang gembira adalah obat" masih relevan dengan dunia kesehatan modern.
Lahargo menyampaikan, ada banyak manfaat menjaga hati tetap gembira, yang ditandai dengan banyak senyum dan tertawa. Ketika senyum dan tertawa, secara otomatis akan memperbaiki suasana hati karena tubuh mengeluarkan hormon endorfin.
Fungsi lain yakni melindungi jantung dan pembuluh darah, mengurangi risiko cemas dan depresi, menekan kadar hormon stres seperti kortisol dan norepinefrin, bahkan membakar kalori. Tertawa 10-15 menit diketahui bisa membakar 50 kalori.
Senyum dan tertawa juga meningkatkan kualitas relasi dengan orang lain, karena menstimulasi perasaan positif. Selain itu, bisa menjadi antiaging murah, karena melatih otot dan melancarkan aliran darah di area wajah.
Senyum dan tertawa pun meningkatkan imunitas tubuh dan menjadi obat rasa sakit alami. "Endorfin yang dikeluarkan saat senyum dan tertawa merupakan morfin alami yg diproduksi tubuh untuk pereda nyeri," ungkap Lahargo.
Ada banyak hal yang dapat dilakukan untuk memiliki hati yang gembira. Mengasihi, memperhatikan orang lain, mengerjakan hobi yang disuka, memiliki komunitas yang suportif, mendengarkan musik, jalan-jalan, atau menonton tayangan favorit.
Memperbaiki kehidupan spiritual termasuk cara lainnya, termasuk mencoba hal baru, membaca buku, atau mengubah sudut pandang atas sesuatu. Bagaimanapun caranya, Lahargo mengatakan bahwa kebahagiaan datang dari dalam diri sendiri.
"Gembira bukanlah memiliki apa yang kita inginkan tetapi mensyukuri apa yang kita miliki. Meski di tengah pandemi, mari tetap memilih untuk memiliki hati yang gembira karena hati yang gembira adalah obat," ujar Lahargo yang juga praktik di RS Siloam Bogor.