REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sifat dan asal usul Oumuamua, benda yang menjadi pengunjung pertama dari tata surya lain lebih misterius dibandingkan perkiraan ilmuwan. Peneliti pada awalnya mengatakan asal-usul dan struktur molekul Oumuamua dapat dijelaskan dengan gunung es hidrogen.
Misteri lainnya akan membantu memecahkan pertanyaan tentang bagaimana Oumuamua mampu memberi daya pada dirinya sendiri melalui ruang yang begitu jauh. Sebab, gas hidrogen murni akan mampu mendorongnya seperti roket.
Penjelasan ini berguna bagi para ilmuwan yang telah menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk menjawab pertanyaan tentang benda ruang angkasa tersebut. Oumuamua pertama kali terlihat melakukan perjalanan dengan kecepatan hingga 200.000 mph melalui tata surya pada 2017.
Asal Oumuamua tetap menjadi misterius, karena tidak berada atau termasuk dalam kategori diantara asteroid dan komet. Sebuah studi baru dari para peneliti di Harvard dan Institut Ilmu Astronomi dan Antariksa Korea (KASI) menunjukkan bahwa benda seperti itu sebenarnya tidak akan mampu bertahan dalam perjalanan jauh.
Jika benar, teori es hidrogen tentang Oumuamua akan menjadi terobosan besar dalam memahami objek tersebut. Ini akan menjelaskan mengapa bentuknya sangat aneh, seperti cerutu panjang, serta percepatan non-gravitasi saat mempercepat perjalanannya.
“Kami curiga bahwa gunung es hidrogen tidak dapat bertahan dalam perjalanan, yang kemungkinan memakan waktu ratusan juta tahun karena mereka menguap terlalu cepat dan apakah dapat terbentuk di awan molekul," kata Avi Loeb, profesor di Harvard University, dilansir The Independent, Selasa (18/8).
Di antara masalah lain dengan teori tersebut, para peneliti menyarankan bahwa gunung es semacam ini tidak dapat terbentuk melalui proses biasa yang menciptakan benda padat semacam ini, yaitu debu lengket bertabrakan satu sama lain dan secara bertahap bertambah menjadi benda yang lebih besar. Para peneliti mengatakan bahwa ini tidak akan berhasil dengan gunung es hidrogen.
“Rute yang diterima untuk membentuk objek berukuran kilometer adalah yang pertama membentuk butiran berukuran mikron, kemudian butiran tersebut tumbuh karena tumbukan lengket,” kata Thiem Hoang, peneliti senior dalam kelompok astrofisika teoretis di KASI dan penulis utama makalah tersebut.
Namun, Hoang mengatakan di wilayah dengan kepadatan gas tinggi, pemanasan yang bertabrakan dengan tabrakan gas dapat dengan cepat menyublimasikan mantel hidrogen pada butiran, mencegahnya tumbuh lebih jauh. Para peneliti berharap mereka dapat mempelajari lebih lanjut tentang objek seperti Oumuamua saat Observatorium Vera C. Rubin mulai aktif pada tahun depan.
Para peneliti berharap dapat menemukan rata-rata salah satu dari objek-objek tersebut setiap bulan, memungkinkan studi yang lebih rinci tentang dari mana Oumuamua berasal.