REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Universitas Brawijaya (UB) berhasil mendapatkan posisi delapan perguruan tinggi klaster Indonesia di Indonesia. Capaian UB ini mengalami kenaikan dibandingkan tahun lalu.
Rektor UB, Profesor Nuhfil Hanani menjelaskan, pemeringkatan versi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI tersebut sesuai dengan indikator penilaian. Dalam hal ini seperti aspek input, proses, output, dan outcome.
"Dan posisi UB pada perguruan tinggi klaster satu sama dengan Universitas Hasanudin," kata Nuhfil dalam keterangan pers yang diterima Republika.co.id, Rabu (19/8).
Nilai UB pada segi input memang kalah dari Unhas. Lebih tepatnya dari indikator jumlah dosen berpendidikan S3 dan dosen dengan jabatan lektor kepala. Oleh karena itu, Nuhfil mengimbau para dosen bisa mendapatkan gelar doktor dan profesor kembali serta pangkat lektor kepala.
Untuk memperbaiki aspek indikator input, Nuhfil tak menampik, pihaknya membutuhkan waktu yang tidak singkat. Hal ini terutama bagi dosen yang mengambil program belajar S3 di kampus lain. Dosen setidaknya membutuhkan waktu tiga tahun untuk menyelesaikan studi doktornya.
Meski demikian, Nuhfil mengucapkan apresiasinya atas kerjasama seluruh pihak terutama dosen dan tenaga kependidikan. Peringkat delapan yang diraih UB merupakan prestasi yang sangat membanggakan. "Dari 5.000 perguruan tinggi di Indonesia, 15 ada di klaster I dan UB posisi delapan," kata Nuhfil.
Wakil Rektor I bidang Akademik UB, Profesor Aulani'am menjelaskan posisi UB saat ini menunjukkan kualitasnya dalam mendidik mahasiswa. Melalui peringkat, masyarakat bisa melihat UB sebagai kampus berkualitas khususnya dalam seleksi penerimaan mahasiswa baru jalur mandiri. "Sehingga UB akan menjadi tempat favorit belajar di PT," jelasnya.
Nuhfil dan Aul berharap kekompakkan antarcivitas akademika UB bisa tetap dijaga. Dengan demikian, UB mampu erus menaikkan peringkatnya di tingkat nasional dan internasional.