Rabu 19 Aug 2020 21:33 WIB

Tahun Baru Semangat Baru

Ada banyak makna ketika umat Islam memasuki Tahun Baru 1442 hijriah

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa
Foto: Yogi Ardhi/Republika
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Khofifah Indar Parawansa/Gubernur Jawa Timur

Ada banyak makna ketika umat Islam memasuki tahun baru 1442 hijriah. Dalam tradisi ibadah, ada doa akhir dan awal tahun. Dan tak jarang sebagian besar umat Islam juga menambahinya dengan sujud syukur. 

Ibadah yang memiliki makna perenungan cukup dalam. Doa akhir tahun diiringi dengan memohon ampun kepada Allah. Istighfar atas kesalahan yang sengaja maupun tak disengaja. Ampunan dari Allah akan menjadi modal manusia untuk menyongsong pergantian tahun berikutnya. 

Doa akhir tahun berlangsung menjelang matahari terbenam. Umat Islam beramai-ramai melaksa akan ibadah tersebut. Lantunan doa mengiringi hingga menjemput waktu maghrib. 

Selanjutnya, umat Islam melaksanakan shalat magrib. Runtutan ibadah menyambut tahun bari hijirah belum selesai. Masih ada doa awal tahun yang dibaca seusai shalat maghrib tersebut. 

Doa awal tahun bernuansa ucaan rasa syukur, doa serta harapan untuk setahun ke depan. Ini momentum yang tepat. Pandemi Covid-19 mewabah hampir di semua negara. Dan hampir semua bagian dalam negara mengalaminya, seperti Jawa Timur.

Semua berihtiar bersama. Pemerintah, tenaga kesehatan, TNI, Polri, relawan, serta masyarakat bersama-sama melawan Covid-19. Ihtiar yang tak kunjung selesai. Sambil berikhtiar, manusia wajib bertawakkal. 

Memanjatkan doa adalah bagian dari tawakkal itu. Karenanya, tahun baru hijriah merupakan momentum yang tepat. Saatnya seluruh umat Islam bersama-sama tawakkal kepada Allah. 

Berserah diri dengan memohon kepada Allah. Wabah ini lekas selesai. Vaksin segera ditemukan. Saudara yang sakit segera disembuhkan. Serta, mereka yang meninggal karena virus Covid-19 mendapat ampunan dari Allah. 

Tahun baru semangat baru. Tahun baru harapan baru. Semua orang punya cita-cita. Kini, saatnya bangkit mewujudkan harapan dan cita-cita itu. 

Perjalanan selama setahun ke belakang menjadi pengalaman dan pembelajaran. Seperti pepatah, pengalaman adalah guru terbaik. Sepatutnya, manusia belajar dari pengalaman yang sudah terlewati. 

Perihal yang baik, ditingkatkan. Perihal buruk dihindarkan. Semua berusaha. Semua berihtiar. Seperti halnya saat berikhtiar melawan Covid-19. 

Ada hikmah dibalik pandemi ini. Manusia mulai menyadari pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat. Manusia menyadari betapa pentingnya silaturahmi. Semua orang merasakan penat ketika fungsi manusia sebagai mahluk sosial dibatasi. 

Keinginan tatap muka dan bersilaturahmi sangat tinggi. Dan itu belum bisa dilaksanakan secara maksimal. Sebab, pandemi masih berlangsung. Social dan physical distancing tetap harus diterapkan. Silaturahmi pun sewajarnya. 

Allah mengaruniakan akal manusia sehingga mampu mewujudkan sarana silaturahmi melalui online. Saat ini, sarana itu yang bisa digunakan. Memang tidak semua orang puas silaturahmi secata virtual. Tapi itulah keadaan yang sedang terjadi. 

Kerinduan terpupuk. Kesadaran masyarakat betapa nikmatnya silaturahmi tatap muka secara langsung. Mari, semua berdoa. Memohon ampunan Allah, serta mengharap pandemi ini berlalu. 

Dengan begitu, kehidupan manusia kembali normal. Apa yang dulu kita kesampingkan, mari kita kuatkan. Dulu kita jarang bersilaturahmi, kelak kita kekalkan silaturahmi itu. Dulu, perilaku hidup bersih dan sehat disepelekan, kini mulai kita terapkan.Tahun Baru, semangat baru, harapan baru.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement