REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ilmuwan Badan Antariksa AS (NASA) menyelidiki melemahnya medan magnet Bumi. Melemahnya medan magnet Bumi diduga disebabkan oleh adanya anomali di Samudra Atlantik Selatan atau South Atlantic Anomaly (SAA).
Ilmuwan mencatat ada pelemahan medan magnet di Amerika Selatan dan Samudra Atlantik bagian selatan. Medan magnet bumi bertindak seperti perisai pelindung di sekitar planet, mengusir dan menjebak partikel bermuatan dari Matahari.
Dengan melemahnya medan manget Bumi, apakah ini berbahaya? Dilansir dari website NASA, meskipun SAA muncul dari proses di dalam Bumi, namun memiliki efek yang menjangkau jauh di luar permukaan Bumi. Wilayah ini bisa berbahaya bagi satelit orbit rendah Bumi yang melewatinya.
Jika satelit dihantam oleh proton berenergi tinggi, satelit dapat mengalami korsleting dan menyebabkan peristiwa yang disebut gangguan peristiwa tunggal atau SEU. Hal ini dapat menyebabkan fungsi satelit mengalami gangguan sementara. Ada juga kemungkinan terjadinya kerusakan permanen jika komponen kunci terkena.
Untuk menghindari kehilangan instrumen atau seluruh satelit, operator biasanya mematikan komponen yang tidak penting saat melewati SAA.
Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS), yang berada di orbit rendah Bumi, juga melewati SAA. ISS terlindungi dengan baik. Astronot aman dari bahaya saat berada di dalam. Namun, ISS memiliki 'penumpang lain' yang terpengaruh oleh tingkat radiasi yang lebih tinggi. Penumpang yang terpengaruh itu berupa instrumen seperti misi Investigasi Dinamika Ekosistem Global, atau GEDI. Instrumen ini mengumpulkan data dari berbagai posisi di luar ISS.
"SAA menyebabkan "gangguan" pada detektor GEDI dan menyetel ulang papan daya instrumen sekitar sebulan sekali," kata Bryan Blair, wakil peneliti utama dan ilmuwan instrumen misi, dan ilmuwan instrumen lidar di Goddard.
"Peristiwa ini tidak membahayakan GEDI. Blip detektor jarang terjadi dibandingkan dengan jumlah tembakan laser, sekitar satu blip dalam sejuta tembakan dan peristiwa garis ulang menyebabkan beberapa jam data hilang, tetapi itu hanya terjadi setiap bulan atau lebih," kata Blair.
Lokasi SAA berubah seiring evolusi medan geomagnetik
Selain mengukur kekuatan medan magnet SAA, ilmuwan NASA juga telah mempelajari radiasi partikel di wilayah tersebut dengan Solar, Anomalous, and Magnetospheric Particle Explorer, atau SAMPEX, misi Small Explorer NASA yang pertama, diluncurkan pada tahun 1992 dan memberikan pengamatan hingga 2012.
Satu studi, yang dipimpin oleh ahli heliofisika NASA Ashley Greeley sebagai bagian dari tesis doktoralnya, menggunakan data dua dekade dari SAMPEX untuk menunjukkan bahwa SAA perlahan tapi pasti bergerak ke arah barat laut. Hasilnya membantu mengonfirmasi model yang dibuat dari pengukuran geomagnetik dan menunjukkan bagaimana lokasi SAA berubah seiring dengan evolusi medan geomagnetik.
Hasil Greeley, yang diterbitkan dalam jurnal Space Weather, juga mampu memberikan gambaran yang jelas tentang jenis dan jumlah radiasi partikel yang diterima satelit saat melewati SAA, yang menekankan perlunya pemantauan berkelanjutan di wilayah tersebut.
Informasi yang dikumpulkan Greeley dan kolaboratornya dari pengukuran in-situ SAMPEX juga berguna untuk desain satelit. Insinyur untuk Orbit Bumi Rendah, atau LEO, satelit menggunakan hasil untuk merancang sistem yang akan mencegah peristiwa latch-up yang menyebabkan kegagalan atau hilangnya pesawat ruang angkasa.