Selasa 06 Oct 2020 10:45 WIB

Haid tak Teratur dan Panjang Berkaitan dengan Umur Pendek

Haid tak teratur dan panjang bukan penyebab kematian dini, tapi ada kaitannya.

Rep: Adysha Citra Ramadani, Umi Nur Fadhilah/ Red: Reiny Dwinanda
Keteraturan menstruasi dan kesehatan reproduksi memberikan gambaran kesehatan jangka panjang.
Keteraturan menstruasi dan kesehatan reproduksi memberikan gambaran kesehatan jangka panjang.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah penelitian menyoroti menstruasi yang kemungkinan dapat menjadi indikator kuat untuk kesehatan perempuan secara umum. Para peneliti melaporkan perempuan dengan siklus menstruasi tidak teratur dan panjang, menghadapi risiko kematian dini yang lebih tinggi.

Dalam sebuah penelitian yang melibatkan lebih dari 79 ribu perempuan pramenopause yang tidak memiliki riwayat penyakit jantung, kanker, atau diabetes, mereka yang memiliki siklus menstruasi tidak teratur lebih mungkin meninggal sebelum usia 70 tahun dibandingkan mereka yang memiliki siklus reguler. Penelitian itu berlangsung selama 24 tahun.

Baca Juga

"Poin penting yang diilustrasikan penelitian ini adalah keteraturan menstruasi dan kesehatan reproduksi memberikan gambaran kesehatan jangka panjang secara keseluruhan," kata seorang profesor kedokteran reproduksi di Leeds Teaching Hospitals di Inggris, dr Adam Balen, seperti dilansir di Health 24, Senin (5/10).

Perempuan muda dengan periode haid tidak teratur membutuhkan penilaian menyeluruh, tidak hanya masalah hormon dan metabolisme, tetapi juga gaya hidup. Balen mengatakan, perempuan itu dapat diberi tahu tentang langkah-langkah yang dapat diambil, sehingga bisa meningkatkan kesehatannya secara keseluruhan.

Perempuan yang memiliki panjang siklus sekitar 40 hari atau lebih pada usia 18-22 tahun dan 29-46 tahun lebih mungkin untuk meninggal secara prematur dibandingkan mereka yang memiliki panjang siklus 26-31 hari pada rentang usia yang sama. Kematian paling banyak disebabkan penyakit jantung dibandingkan dengan kanker atau penyebab lainnya.

Menurut penelitian yang diterbitkan di jurnal medis BMJ pada 30 September, peningkatan risiko juga sedikit lebih kuat di kalangan perokok. Karena itu, penemuan penelitian yang dipimpin Jorge Chavarro dari Harvard TH Chan School of Public Health di Boston itu menunjukkan bahwa siklus menstruasi seorang perempuan harus dianggap sebagai tanda penting kesehatan umum selama masa suburnya.

Mereka mengatakan, hubungan antara siklus menstruasi yang panjang dan tidak teratur serta peningkatan risiko kematian dini, kemungkinan besar disebabkan gangguan hormon. Namun, penelitian tersebut tidak membuktikan bahwa menstruasi tidak teratur justru menyebabkan kematian dini, hanya saja ada kaitannya.

Siklus menstruasi tidak teratur dan panjang, umum terjadi pada perempuan usia reproduksi. Kondisi itu dikaitkan dengan risiko penyakit kronis utama yang lebih tinggi, termasuk kanker ovarium, penyakit jantung, diabetes tipe-2, dan masalah kesehatan mental.

Namun, hanya ada sedikit bukti yang mengaitkan siklus menstruasi tidak teratur atau panjang dengan risiko kematian dini. Tim Science Media Center di London, dr Jacqueline Maybin, menilai bahwa data itu akan mendorong interogasi gejala dan patologi menstruasi di masa depan, sebagai indikator hasil kesehatan jangka panjang dapat memberikan kesempatan awal untuk menerapkan strategi pencegahan, guna meningkatkan kesehatan perempuan di seluruh rentang hidup.

"Penyebab spesifik yang mendasari haid tidak teratur dapat meningkatkan risiko kematian dini daripada pendarahan tidak teratur,” kata Maybin yang merupakan peneliti senior dan konsultan ginekolog di Pusat MRC Kesehatan Reproduksi University of Edinburgh.

Perempuan yang mengalami sindrom ovarium polikistik (PCOS), penyebab-penyebab utama menstruasi tidak teratur, memiliki peningkatan risiko diabetes, tekanan darah tinggi, dan kanker rahim. Karena itu, penting bagi perempuan dengan PCOS untuk berbicara dengan dokternya untuk mengurangi risiko itu.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement