REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Sepak bola merupakan olah raga paling banyak digemari masyarakat Indonesia. Hampir tiap daerah sudah memiliki tim sepak bola hingga memberi antusias tersendiri masyarakat untuk jadi suporter tim kebanggaan daerahnya.
Kehadiran suporter merupakan pilar penting dalam pertandingan sepak bola. Tanpa suporter, jalannya pertandingan jadi kurang menarik, hambar, tanpa makna, jadi tidak berlebihan Indonesia disebut negara penggila sepak bola.
Di sisi lain, fanatisme supoter yang berlebihan menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan. Mulai dari tindak kekerasan, kerusuhan, terganggunya ketertiban, jatuhnya korban luka-luka, bahkan sampai jatuhnya korban meninggal dunia.
Untuk menanggulangi kejadian seperti itu, sekelompok mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) berinisiatif cegah fanatisme negatif suporter sepak bola di DIY. Lewat edukasi, pembinaan karakter suporter, dan nilai persatuan.
Para mahasiswa itu antara lain Ibrahim Adam dan Miya Kurniawati dari Pendidikan Kepelatihan Olah Raga, Nindia Rizma Widyani dari PJKR, Jefri Eko Cahyono dari Ilmu Komunikasi, Shafira Rizqi Amalia dari Psikologi, serta Septa Dwi Nugroho dari Pendidikan Sosiologi.
"Disebut Football Fans Space dengan maksud agar anak yang menyukai kegiatan mendukung tim sepak bola dapat memahami esensi mendukung dan lebih bijak mengambil keputusan ketika nantinya terjun ke dunia persuporteran," kata Ibrahim, Kamis (15/10).
Kegiatan pelatihan dilaksanakan secara daring menyesuaikan kondisi Covid-19. Memanfaatkan konferensi video, pelatihan dapat dilaksanakan tanpa melakukan pertemuan langsung, dan memakai situs web agar bisa diakses masyarakat umum.
Miya menerangkan, kegiatan dilaksanakan di SMPN 1 Kalasan yang memiliki kelas reguler dan KKO (Kelas Khusus Olah Raga). KKO merupakan kelas khusus bagi anak yang memiliki minat dan bakat, dan difasilitasi agar mampu kembangkan potensi.
"Beberapa siswa yang bersekolah di sekolah ini sudah memiliki kesukaan kepada satu klub sepak bola, walaupun tidak menunjukkan identitas suporternya secara langsung," ujar Miya.
Nindia menjelaskan, pelatihan dirancang sebanyak enam kali pertemuan. Awalnya, siswa akan mendapat pelatihan bertajuk Life Motivation and Be Prevent negative fanatical supporters, dan Know Your Local Wisdom Value and soccer history.
Pertemuan rutinnya ada belajar mencegah suporter fanatik (becentik), kompetisi antar siswa anti fanatik (kowantik) dan motivasi dari idola (toridol). Becentik lestarikan kearifan lokal di lingkungan siswa lewat lagu-lagu daerah.
Kowantik berupa pertandingan antar siswa yang di dalamnya ada suporter yang menanamkan nilai-nilai mencegah fanatik. Lalu, Toridol berupa motivasi dan pengamalan karakter yang baik dari idola-idola siswa.
"Pada sesi Toridol ini dihadirkan Dinan Yahdian Javier, eks Timnas U-19 agar siswa-siswa bisa lebih termotivasi untuk menjadi suporter yang bijaksana dan berperilaku baik," kata Nindia.
Kegiatan diakhiri nonton bersama penanaman nilai-nilai menjaga persatuan dan kesatuan NKRI. Kegiatan berhasil meraih dana Dikti dalam Program Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian Pada Masyarakat 2020.