Selasa 27 Oct 2020 00:54 WIB

Waspadai Penularan Covid-19 dari Makan Bersama

Saat makan bersama, masyarakat harus menerapkan protokol kesehatan.

Makan bersama di ruangan tertutup menimbulkan risiko penularan Covid-19.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Makan bersama di ruangan tertutup menimbulkan risiko penularan Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Pakar epidemologi Riau dr Wildan Asfan mengimbau masyarakat untuk lebih meningkatkan kewaspadaan terhadap Covid-19. Ia menyebut, acara makan bersama berpotensi menjadi sumber penularan penyakit yang disebabkan oleh virus corona tipe baru, SARS-CoV-2, tersebut.

"Penularan bisa terjadi pada tiga cara, yakni lewat droplet saat orang batuk, bersin, atau mengobrol. Dalam kondisi kita sedang makan, masker dibuka, tapi jangan ngobrol supaya tidak ada percikan. Karena saat makan sambil berbicara akan ada percikan yang sampai terhirup," kata Wildan dalam keterangannya di Pekanbaru, Senin.

Baca Juga

Menurut Wildan, saat makan bersama pun masyarakat harus mengatur jaraknya dengan orang lain. Hindari saling berdekatan. "Jangan banyak mengobrol dan jangan menyentuh yang sudah terkontaminasi," ujar Wildan.

Selain itu, ketika menghadiri acara makan bersama di ruangan tertutup, lebih baik pintunya dibuka sehingga konsentrasi droplet bisa berkurang. Wildan mengatakan, penerapan pembatasan sosial berskala mikro (PSBM) di beberapa daerah tak bisa menghambat penyebaran Covid-19 jika masyarakat tidak mematuhi protokol kesehatan.

"Dengan masih banyaknya berkumpul bersama, di kafe dan rumah makan, potensi penularan Covid-19 cukup besar," katanya.

Wildan menyebutkan bahwa penyebaran Covid-19 di Riau hampir 20 persennya tertular dari pasien positif Covid-19 yang tak bergejala. Masyarakat yang masih abai dengan protokol kesehatan berisiko tertular, terutama bagi orang yang imunnya tidak kuat. Sebaliknya, dengan memakai masker, mencuci tangan, serta menjaga jarak risiko tertular virus corona bisa ditekan.

Di Riau, menurut Wildan, angka penyebaran virus corona mencapai 19,9 persen atau hampir 20 persen, yang berarti pada setiap 100 orang akan ada 20 OTG. Jika dalam suatu ruangan ada 50 orang, berarti di antaranya ada 10 OTG.

"KIta tidak tahu yang mana orangnya. Oleh karena itu, perlu diterapkan perilaku dengan memakai masker dan menganggap semua orang yang ada di dalam ini adalah OTG agar penularan langsung bisa terhindar," tuturnya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement