REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Staf Ahli Menteri Bidang Teknologi Kesehatan dan Globalisasi Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Achmad Yurianto menganalisa virus corona SARS-CoV2 (Covid-19) akan tetap ada, sama seperti eksistensi virus Human Immunodeficiency Virus (HIV)/ Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Oleh karena itu, masyarakat diminta terus menerapkan 3M yaitu memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan memakai sabun (3W) untuk mencegah terinfeksi virus ini.
Menurut Yuri, pandemi Covid-19 kini terjadi di lebih dari 200 negara, termasuk Indonesia.
"Jadi, kita tidak akan bebas Covid-19, apalagi sudah menginfeksi negara-negara di seluruh dunia. Virusnya tetap ada, karena kalau mau menghilangkan virus ya musnahkan juga virusnya di negara-negara lain," katanya saat dihubungi Republika, Sabtu (24/10).
Ia membandingkan dengan eksistensi virus HIV/Aids saat era 1980-an dan saat itu ketakutan terhadap virus ini luar biasa. Namun, dia melanjutkan, sekarang masyarakat melupakannya seolah-olah hilang padahal masih ada di muka bumi ini.
Padahal, dia melanjutkan, jika seseorang yang terinfeksi Covid-19 bisa sembuh, sedangkan HIV tidak benar-benar sembuh karena harus meminum obat seumur hidup. Karena potensi penularan virus masih terjadi, Yuri meminta masyarakat melakukan upaya pencegahan.
Sebab, ia menjelaskan upaya pencegahan masuknya virus yang utama (primary prevention) adalah yang terpenting. Masyarakat diminta menerapkan protokol kesehatan memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan dengan sabun (3M). "3M ini mencegah untuk terpapar, kemudian kalau virus tidak masuk tubuh tidak sakit kan. Artinya primary prevention harus tetap dijalankan, tidak ada tawar-menawar," ujar pria yang juga pernah menjabat sebagai Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes itu.
Bahkan, Yuri mengubah upaya ini menjadi 3W yaitu wajib memakai masker, wajib menjaga jarak, dan wajib mencuci tangan dengan sabun. Ia menegaskan, seharusnya upaya ini tetap dijalankan saat ada atau tidak adanya vaksin.
Ia menambahkan, masyarakat yang melaksanakan prookol kesehatan ini tak hanya untuk mencegah penularan Covid-19 melainkan juga menurunkan penyakit lain seperti infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), hingga diare karena masyarakat yang rajin cuci tangan. Menurutnya upaya ini dijalankan untuk mencegah sakit karena sehat menjadi kewajiban, sedangkan sakit menjadi pilihan.
"Kalau masyarakat memilih sakit ya sakkarepmu (terserah Anda)," katanya.
Ia mengakui meski bukan pekerjaan mudah, bukan hal yang mustahil kalau Indonesia bisa mengendalikan Covid-19. Bahkan, ia menyontohkan negara seperti Cina yang merupakan daerah pertama virus ini berkembang dan disebut-sebut sudah bebas infeksi ternyata masih menerapkan kewaspadaan luar biasa dengan menerapkan karantina 14 hari bagi Warga Negara Asing yang baru tiba mengunjungi Tiongkok. "Karena Cina ingin melindungi rakyatnya," ujarnya.