REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kolaborasi peneliti Ilmiah LIGO dan Kolaborasi Virgo merilis katalog hasil dari paruh pertama rangkaian pengamatan ketiganya (O3a). Para ilmuwan mendeteksi lebih dari tiga kali lebih banyak gelombang gravitasi daripada hasil penggabungan dua pengamatan sebelumnya.
Gelombang gravitasi pertama kali terdeteksi pada tahun 2015. Gelombang gravitasi yang dihasilkan itu merupakan ruang dan waktu yang dihasilkan oleh penggabungan lubang hitam atau bintang neutron.
Beberapa peneliti dari Pusat Relativitas Komputasi dan Gravitasi (CCRG) Institut Teknologi Rochester terlibat dalam menganalisis gelombang gravitasi, Total, kini ilmuwan telah menemukan 50 gelombang gravitasi.
O3a menemukan lubang hitam biner terbesar dan terkecil hingga saat ini, mulai dari 150 kali ukuran matahari hingga hanya 3 kali lebih besar. O3a juga mendeteksi lubang hitam biner pertama yang terbentuk dengan percaya diri dari lubang hitam yang sangat asimetris serta beberapa lubang hitam biner dengan sifat spin yang unik.
Jacob Lange (ilmu astrofisika dan teknologi) mengerjakan bagian estimasi parameter dari analisis yang mengidentifikasi karakteristik penting tentang setiap peristiwa gelombang gravitasi termasuk massa lubang hitam atau bintang neutron yang terlibat, putarannya, jarak dari bumi dan posisinya di langit.
Lange yang sekarang menjadi peneliti postdoctoral di Institut Penelitian Komputasi dan Eksperimental Matematika di Brown University, mengatakan peningkatan pada sensor dan teknik estimasi parameter telah menghasilkan temuan yang semakin unik yang menantang pemahaman tentang alam semesta.
"Kami melihat peristiwa yang jauh lebih kompleks di mana alam benar-benar menunjukkan sisi menariknya kepada kami. Kami akan dapat mempelajari fisika dan astrofisika yang jauh lebih menarik dari deteksi ini. Semakin kami menyusun katalog peristiwa ini, semakin kami dapat mulai membuat pernyataan tentang populasi secara keseluruhan," kata Lange dikutip dari phys, Jumat (30/10).
Daniel Wysocki, peneliti pascadoktoral di University of Wisconsin-Milwaukee, mengatakan telah mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang seperti apa lubang hitam yang khas, berapa banyak yang ada, bagaimana populasi lubang hitam telah berubah seiring evolusi alam semesta, dan sifat penting lainnya.
"Ini seperti sensus yang menyediakan data bagi orang untuk melihat apakah model fisik mereka konsisten dengan apa yang terjadi di alam semesta. Ini berimplikasi pada relativitas umum, fisika bintang, dan perilaku materi pada energi yang tidak mungkin terjadi di alam semesta dan laboratorium terestrial. Di masa mendatang yang benar-benar dapat membantu kami mengubah pemahaman kami tentang berbagai hal di Bumi," kata Daniel.
Associate Professor Richard O'Shaughnessy, anggota CCRG dan LIGO Scientific Collaboration mengatakan lebih banyak lagi penemuan yang akan segera terjadi. "Kami telah belajar lebih banyak tentang apa yang diizinkan oleh alam. Kami menemukan lebih banyak lubang hitam besar, saudara yang lebih kecil dari peristiwa besar yang dijelaskan pada musim panas dan kami juga menemukan bahwa lubang hitam besar dapat berputar dengan cepat," kata O'Shaughnessy.