Rabu 04 Nov 2020 16:45 WIB

Rektor UI: Dunia Kerja tak Hanya Butuh Kemampuan Dasar

Lulusan perguruan tinggi, khususnya S-1 disiapkan untuk jadi ujung tombak dunia kerja

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Agus Yulianto
Rektor Universitas Indonesia (UI), Prof. Ari Kuncoro, SE, MA, Ph.D menyerahkan secara simbolis Ventilator COVENT-20 kepada Kepala BNPB, Letnan Jenderal TNI Doni Monardo, disaksikan oleh Menteri Riset dan Teknologi RI/Kepala Badan Riset dan Inovasi Indonesia (Menristek/Kepala BRIN), Prof. Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro, S.E., M.U.P., Ph.D, di Graha BNPB, Jakarta, Rabu (24/6).
Foto: istimewa
Rektor Universitas Indonesia (UI), Prof. Ari Kuncoro, SE, MA, Ph.D menyerahkan secara simbolis Ventilator COVENT-20 kepada Kepala BNPB, Letnan Jenderal TNI Doni Monardo, disaksikan oleh Menteri Riset dan Teknologi RI/Kepala Badan Riset dan Inovasi Indonesia (Menristek/Kepala BRIN), Prof. Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro, S.E., M.U.P., Ph.D, di Graha BNPB, Jakarta, Rabu (24/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rektor Universitas Indonesia (UI), Ari Kuncoro menilai, skema pendanaan baru dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) bisa mendorong universitas mempersiapkan mahasiswa untuk siap terjun ke masyarakat. Perguruan tinggi, kata dia, tidak hanya mempersiapkan kemampuan dasar untuk mahasiswa, tapi bagaimana dia bisa beradaptasi di lingkungan kerjanya.

Dia menjelaskan, ketika terjun di dunia kerja atau masyarakat, secara umum, kemampuan dasar yang diperlukan lebih luas. Bukan hanya ilmu akademis yang didapatkan di perguruan tinggi. Indikator Kinerja Utama (IKU) yang dibuat Kemendikbud sebagai dasar pendanaan, menurut Ari, mencakup kebutuhan tersebut.

"Jadi ilmunya diubah. Dari ilmu yang hanya mengandalkan text  book menjadi ilmu yang kalau dia kerja dia bisa melihat benang merah. Ilmu dasar di tempat kerja dia bisa melakukan modifikasi, contohnya adalah kemampuan untuk negosiasi," kata Ari pada Republika, Rabu (4/11).

Kemampuan negosiasi, kata dia, bisa berasal dari disiplin ilmu apapun. Lulusan perguruan tinggi, kususnya S-1 disiapkan untuk menjadi ujung tombak dunia kerja dengan kemampuan negosiasi, mengaitkan benang merah, dan berpikir kritis.

Melibatkan mahasiswa dalam penelitian-penelitian dapat melatih mereka untuk bekerjasama dalam tim. "Jadi nanti akan banyak, mereka membuat proyek bersama, nanti presentasi di kelas lalu ada grup lain yang mengomentari dan mengkritik pekerjaan itu, jadi saling mengomentari," kata Ari.

Di dalam pendanaan dari Kemendikbud tersebut, terdapat tiga program. Pertama adalah insentif untuk perguruan tinggi, marching fund untuk kerjasama perguruan tinggi dengan industri, dan competitive fund bagi penelitian-penelitian yang dilakukan kampus. Menurut Ari, ketiga program itu sudah melengkapi kebutuhan mahasiswa untuk siap terjun di masyarakat setelah lulus.

"Jadi misal, dana kompetitif itu untuk membina peneliti supaya bisa menciptakan ilmu yang lebih baru, kemudian pendanaan yang sifatnya matching untuk industri agar kurikulum relevan, kemudian yang berdasarkan IKU (insentif) itu fokus supaya universitas tidak buang-buang duit untuk kerjaan yang kegunaannya tidak terlalu banyak," kata dia lagi. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement