REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Nizam mengatakan tantangan terbesar pendidikan tinggi adalah pola pikir (mindset) dosen yang masih berada di era revolusi industri 2.0 atau 3.0. Dosen yang masih berpikir dirinya satu-satunya sumber ilmu akan sulit mewujudkan pendidikan tinggi yang siap menghadapi era di masa depan.
Menurut Nizam, peran dosen harus bergeser menjadi pendamping mahasiswa. "Menjadi co-pilot bagi mahasiswa untuk menjelajah kompetensinya, menjelajah ilmu pengetahuan dan teknologi dan menciptakan bersama-sama dengan mahasiswa ilmu pengetahuan dan teknologi ke depan," kata Nizam, dalam Sosialisasi Dosen Penggerak Program Merdeka Belajar, Senin (9/11).
Peran co-pilot ini, kata Nizam memang bukan hal yang mudah. Dosen sebagai pendamping mahasiswa memiliki peran yang lebih kompleks dari sekadar pengajar yang memberikan materi-materi saat kuliah.
Selain itu, Nizam berpendapat dosen harus memiliki semangat dan keinginan kuat untuk mendampingi mahasiswa menjelajah dunia masa depan. "Itu sangat dibutuhkan agar kita bisa melahirkan betul manusia yang unggul, kreatif, inovatif, dan memiliki kompetensi sesuai dengan apa yang nantinya dia butuhkan ketika memasuki dunia kerja yang dia cita-citakan," kata dia lagi.
Lebih lanjut, Nizam mendorong agar dosen bisa mengubah pola pikir untuk memberi pendampingan kepada mahasiswa. Dosen harus memiliki semangat untuk menghasilkan mahasiswa yang siap menjadi pemimpin masa depan dengan kreativitas dan berdaya saing.