REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Institut Teknologi Bandung (ITB) meraih anugerah perguruan tinggi inovatif terbaik 2020 dari Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN). Selain itu, meraih peringkat ke satu sbagai pusat unggulan ipteks-PT (PUI-PT) untuk Pusat Sains dan Teknologi Kegempaan.
Pemberian anugerah langsung disampaikan oleh Menristek/BRIN, Bambang Brodjonegoro kepada dua orang perwakilan kampus ITB beberapa waktu lalu. Ke depan, ITB akan fokus dalam pengembangan big data dan artificial intellegence (AI).
Rektor ITB, Prof Reini Wirahadikusumah menyatakan bersyukur dan bangga atas raihan anugerah perguruan tinggi inovatif. Ia mengatakan, anugerah tersebut terus mendorong ITB membangun sumberdaya manusia dan berupaya melakukan inovasi-inovasi untuk bangsa.
"Harapan kami ke depan, kami bisa membangun kebersamaan yang lebih kuat lagi dengan pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat, untuk semakin menghadirkan teknologi ITB ke tengah-tengah kehidupan masyarakat dan bangsa Indonesia," ujarnya melalui keterangan pers yang diterima, Kamis (12/11).
Menurutnya, dalam lima tahun ke depan, ITB akan berfokus pada bidang-bidang strategis seperti big fata dan AI. Hal itu dilakukan sebagai kunci untuk mendukung ekonomi digital, iptek kesehatan, iptek energi dan pangan, iptek nano dan bio dan iptek kebencanaan.
"Kami percaya bahwa dukungan pemerintah terhadap program-program ITB, sangat penting dalam membantu kami untuk meningkatkan sumbangsih yang semakin nyata dan optimal,” ujarnya.
ITB dalam dua tahun terakhir yaitu tahun 2019 dan 2020 berhasil menyandang sebagai perguruan tinggi peringkat ke satu dalam membangun dan melaksanakan ekosistem inovasi di lingkungan perguruan tinggi di Indonesia. Dalam anugerah inovasi ini yang dinilai kinerja riset inovasi, kekuatan manajemen inovasi, kerja sama industri, pengembangan entrepreneur, dan kolaborasi riset inovasi.
Ketua LPIK-ITB, Sigit P Santosa menambahkan, anugerah yang diraih ITB menandakan kerja keras membangun ekosistem inovasi sejak 2015 telah membuahkan kinerja produktif melalui pembangunan empat klaster priorias inovasi. Menurutnya, yaitu dalam bidang transportasi dan infrastrutktur, energi dan lingkungan, teknologi pangan dan kesehatan, dan teknologi informasi dan komunikasi.
“Ke depannya, dengan ekosistem inovasi ITB yang semakin baik, diharapkan para inovator ITB semakin melebarkan jaringan kolaborasi dengan industri dan institusi domestik serta internasional sehingga produk inovasi Indonesia dapat menjadi tuan rumah di negara sendiri,” ujarnya.
Penghargaan lainnya yang diterima ITB adalah Habibie Prize yang diberikan Kemenristek/BRIN kepada Prof Dr Euis Holisotan Hakim MS, Guru Besar Fakultas Matematika dan IPA (FMIPA) di Bidang Ilmu Dasar dan Prof Dr Yasraf Amir P MA, Guru Besar Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) di Bidang Ilmu Kebudayaan.