Oleh : Frederikus Bata
REPUBLIKA.CO.ID, Kejutan demi kejutan terjadi belakangan ini. Bertahun-tahun menjadi penikmati sepak bola, perasaan terkesima melihat sebuah hal tak biasa, nyaris selalu muncul di benak saya.
Mungkin itu penyebab olahraga ini begitu dicintai. Saya tak perlu menelisik data stastik, berapa jumlah penikmat si kulit bundar. Tentunya melebihi cabang olah raga lainnya.
Kembali soal keterkejutan saya. Dimulai dari tumbangnya Liverpool di tangan Atalanta di pentas Liga Champions. Padahal beberapa hari sebelumnya, the Reds perkasa membungkam Leicester City di Anfield dalam lanjutan Liga Primer Inggris.
Kemudian Real Madrid yang lagi-lagi tak berdaya ketika berhadapan dengan Shakhtar Donetsk. Teranyar, Barcelona terkapar di markas Cadiz CF dalam lanjutan La Liga Spanyol. Luar biasa ketika Lionel Messi dan rekan-rekan ditundukkan tim promosi.
Saya lantas mencari apa kata yang tepat menggambarkan situasi klub raksasa Katalan. Bukan sekadar merujuk pada kekalahan pasukan Ronald Koeman di Estadio Ramon de Carranza. Lebih dari itu, Barca seperti sedang linglung.
Saya menggunakan terminologi linglung. Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), istilah tersebut berarti suasana bingung atau terlalu asyik memikirkan sesuatu. Menurut saya, itu cukup tepat menggambarkan drama La Blaugrana sejauh musim 2020/2021 berjalan.
Sedikit menarik ke belakang. Beberapa bulan lalu, Barcelona disibukkan dengan persoalan kontrak Messi. Saking fokusnya pada dinamika isu tersebut, pemilik Stadion Camp Nou sampai lupa memenuhi kebutuhan vital, mencari bomber anyar. Hingga bursa transfer musim panas 2020/2021 berakhir, tak ada pemain baru muncul sebagai Luis Suarez.
Masih ada contoh lainnya, perihal permasalahan di luar lapangan yang cukup menguras energi klub raksasa Katalan. Selanjutnya mengenai isu pergantian presiden klub. Para pesaing ramai-ramai berkampanye. Semua pihak berkaitan dengan klub tersebut seakan terlena. Mereka lupa, skuat Barcelona saat ini berada di masa transisi.
Banyak pemain muda dinaikkan levelnya. Beberapa jugador anyar muncul. Sejumlah penggawa senior yang pernah menghadirkan trofi, sudah dilepas.
Seharusnya, fokus Barca lebih ke perkara teknis. Dengan gabungan amunisi dari berbagai elemen, Koeman yang juga orang baru di kursi kepelatihan Blaugrana menyadari hal itu. Namun Koeman sendiri, tak bisa berbuat banyak.
Pada awal kedatangannya ke Camp Nou sebagai entrenador, lebih banyak pembicaraan yang harus ia klarifikasi, mengenai isu non-teknis. Kendati ia cukup yakin bisa membuat pasukannya berkonsentrasi ke lapangan saja. Tapi apa yang terlihat, jauh panggang dari api.
Belum apa-apa, Barcelona sudah mengalami kekalahan sebanyak empat kali pada ajang La Liga musim ini. Ini sudah dihitung selepas keterpurukkan di markas Cadiz. Oleh Koeman, Antoine Griezmann dkk, disebutnya kurang fokus.
Seakan membenarkan pandangan saya. Barca bahkan terlempar dari zona enam besar. Alarm bahaya berbunyi. Bisakah raksasa Katalan kembali menegaskan dominasinya seperti dua dekade terakhir?
Entahlah. Saya cuma melihat klub tersebut tidak memiliki target yang jelas pada musim ini. Apakah langsung menginginkan gelar, atau terlebih dahulu memperkuat fondasi di masa transisi, jadi serba abu-abu.
Untungnya, Barcelona masih cukup nyaman di Eropa. Sepanjang babak penyisihan Liga Champions, Barca ada di singgasana Grup H. Namun perjalanan menuju juara masih panjang. Jangan sampai di fase sistem gugur, prahara Barca di liga domestik juga terjadi di kompetisi terelite benua Biru. Jangan sampai! Mungkin itu pula harapan yang muncul di benak Cules di seluruh dunia.