Senin 14 Dec 2020 14:14 WIB

Peretas Rusia Mata-matai Email Departemen Keuangan AS?

Sumber mengatakan peretasan sangat serius.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Dwi Murdaningsih
Kejahatan siber
Foto: Flickr
Kejahatan siber

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Peretas yang diyakini bekerja untuk Rusia memantau lalu lintas email internal di Departemen Keuangan dan Perdagangan Amerika Serikat (AS). Menurut sumber, mereka khawatir peretasan yang terungkap sejauh ini mungkin menjadi puncak gunung es.

Peretas ini diyakini masuk dengan diam-diam merusak pembaruan yang dirilis oleh perusahaan IT SolarWinds. Sumber mengatakan peretasan itu sangat serius sehingga menyebabkan pertemuan Dewan Keamanan Nasional di Gedung Putih pada Sabtu (12/12).

Baca Juga

Dilansir dari Reuters, Senin (14/12), pejabat AS belum banyak berbicara secara terbuka di luar Departemen Perdagangan. Mereka meminta Cybersecurity and Infrastructure Security Agency dan FBI untuk menyelidikinya.

Juru bicara Dewan Keamanan Nasional John Ullyot menambahkan mereka mengambil semua langkah yang diperlukan untuk mengidentifikasi siapa yang mungkin berada di balik peretasan tersebut. Namun, tiga orang yang mengetahui penyelidikan mengatakan Rusia saat ini diyakini bertanggung jawab atas serangan itu.

Mata-mata dunia maya diyakini masuk dengan diam-diam merusak pembaruan yang dirilis oleh perusahaan IT SolarWinds. Perusahaan ini melayani pelanggan pemerintah di seluruh cabang eksekutif, militer dan dinas intelijen.

Triknya, sering disebut sebagai “Serangan rantai pasokan”. Trik ini bekerja dengan menyembunyikan kode berbahaya dalam pembaruan perangkat lunak sah yang diberikan pada target oleh pihak ketiga.

Dalam pernyataan yang dirilis Ahad malam (13/12), perusahaan yang berbasis di Austin Texas tersebut mengatakan, pembaruan perangkat lunak pemantauan yang dirilis antara Maret dan Juni tahun ini mungkin telah ditumbangkan oleh peretas. Perusahaan menggambarkan serangan ini sebagai serangan canggih.

Perusahaan menolak untuk memberikan rincian lebih lanjut. Namun, keragaman basis pelanggan SolarWind telah memicu kekhawatiran dalam komunitas intelijen AS bahwa lembaga pemerintah lainnya mungkin berisiko.

Solarwinds mengatakan di situs webnya pelanggannya mencakup sebagian besar perusahaan Amerika yang masuk dalam daftar Fortune 500, 10 penyedia telekomunikasi AS teratas, kelima cabang militer AS, Departemen Luar Negeri, Badan Keamanan Nasional dan Kantor Presiden AS.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement