Selasa 15 Dec 2020 01:53 WIB

Ilmuwan Temukan Gen Penyebab Covid-19 Semakin Parah

Ilmuwan menemukan ada 5 gen yang mempengaruhi pasien covid-19 menjadi parah.

Rep: Haura Hafizhah/ Red: Dwi Murdaningsih
Ilustrasi Covid-19
Foto: Pixabay
Ilustrasi Covid-19

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para peneliti dari The Roslin Institute di University of Edinburgh merilis studi terkait virus Covid-19. Mereka menjelaskan ada beberapa hal yang membuat virus Covid-19 semakin parah setiap harinya.

Salah satunya dari  ketidakseimbangan genetik dan imunitas di dalam tubuh manusia. Ketidakseimbangan genetik terkait interferon dapat meningkatkan risiko komplikasi pada pasien muda yang diperkirakan terkena Covid-19.

Baca Juga

Interferon adalah protein yang merupakan bagian dari respons imun langsung setelah infeksi patogen. Para peneliti mempelajari DNA 2.700 pasien yang terkena Covid-19 di Inggris. Mereka menemukan lima masalah genetik yang dapat mengarah pada versi penyakit yang lebih berbahaya.  

Penemuan ini dapat mengarah pada protokol pengobatan baru karena dokter menggunakan kembali obat-obatan yang tersedia saat ini untuk menangani masalah genetik khusus ini. Peneliti dari konsorsium GenOMICC membandingkan informasi genetik dari 2.700 pasien ICU dengan sampel dari sukarelawan sehat dari penelitian lain.  

Mereka menemukan perbedaan utama dalam lima gen ini yaitu IFNAR2, TYK2, OAS1, DPP9 dan CCR. Mereka menjelaskan sebagian mengapa beberapa orang menjadi sakit parah dengan Covid-19, sementara yang lain tidak terpengaruh.

"Temuan kami mengungkapkan, penyakit kritis pada Covid-19 terkait dengan setidaknya dua mekanisme biologis yaitu pertahanan antivirus bawaan, yang diketahui penting pada awal penyakit (gen IFNAR2 dan OAS) dan cedera inflamasi paru yang dipicu oleh inang (gen DPP9, TYK2 dan CCR2)," kata para peneliti yang dikutip dari bgr, Senin (14/12).

Para peneliti mengatakan obat antiinflamasi dan antivirus yang dapat menargetkan masalah genetik ini harus menjadi fokus penelitian tambahan. Beberapa dari asosiasi ini mengarah langsung ke pendekatan terapi potensial untuk meningkatkan pensinyalan interferon.

"Meskipun hal ini secara substansial menambah alasan biologis yang mendasari pendekatan terapi tertentu, setiap pengobatan harus diuji dalam uji klinis skala besar sebelum memasuki praktik klinis," kata dia.

Sementara itu, Kepala Penyelidik Proyek tersebut Dr. Kenneth Baillie mengatakan ini adalah realisasi menakjubkan dari janji genetika manusia untuk membantu memahami penyakit kritis. Ia akan segera menyoroti obat mana yang harus berada di daftar teratas untuk pengujian klinis.  

"Kami hanya dapat menguji beberapa obat dalam satu waktu, jadi membuat pilihan yang tepat akan menyelamatkan ribuan nyawa," kata dia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement