Rabu 06 Jan 2021 18:13 WIB

Alasan Orang Lebih Sering Pilih Junk Food Dibanding Sayuran

Warna merah dan kuning pada kemasan junk food berpengaruh pada selera makan.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Qommarria Rostanti
Junk food (ilustrasi).
Foto: Greatist
Junk food (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sering kali, kita memilih sepotong kue daripada buah dan sayuran untuk camilan sore. Mengapa Anda tak bisa menolaknya?

Kegemaran pada camilan bisa berubah menjadi perasaan depresi ringan. Koordinator sains untuk Columbia Public Schools, Mike Szydlowski, mengatakan Anda jangan menyalahkan diri sendiri atas itu. Dilansir di Columbia Tribune pada Rabu (6/1), Anda bisa menyalahkan evolusi dan sains. Lebih khusus lagi, Anda bisa menyalahkan neuron di otak.

Bagian otak yang berada di atas mata disebut korteks orbital frontal. Itu bukan bagian utama otak bagi kebanyakan hewan, tetapi sangat berkembang pada manusia dan primata.

Di dalam korteks frontal orbital terdapat kumpulan neuron yang memproses dan mengirimkan informasi. Neuron-neuron khusus itu sangat respon jika memikirkan makanan. Mereka memberi sinyal pada tubuh untuk mengonsumsi makanan yang Anda pikirkan atau lihat.

Lemak dan gula mengaktifkan dan merangsang neuron-neuron itu lebih dari sekedar makanan sehat. Semakin banyak neuron itu tereksistasi,maka semakin kuat sinyal merespon makanan.

Gen berperan dalam menentukan seberapa rentan Anda terhadap reaksi neuron tersebut. Namun, neuron menjadi lebih tanggap terhadap makanan lemak dan gula daripada sayuran hijau dan biji-bijian.

Mengapa otak seperti itu, ketika Anda mencoba makan lebih sehat? Meskipun membuat frustrasi, sebenarnya alasannya sangat sederhana. Manusia berevolusi lebih baik daripada hewan. Neuron tidak peduli tentang kita menjadi sehat. Otak melakukan beberapa hal menakjubkan yang bahkan tidak Anda ketahui dalam upaya membantu Anda tetap hidup.

Dahulu, tidak ada toko kelontong, dapur, atau lemari es. Penentu terbesar kelangsungan hidup adalah kemampuan menemukan energi (makanan). Jika nenek moyang yang mencari makanan selama berhari-hari menemukan sayuran dan daging, maka manakah yang akan mereka pilih? Daging, karena dikemas paling banyak energi (kalori). Belum jelas juga kapan mereka akan makan lagi. Karena itu, tak mungkin mereka melewatkan daging untuk salad.

Saat ini, orang-orang bisa menentukan kapan waktu makan selanjutnya, tapi otak masih dilatih untuk mendapatkan hasil terbesar agar tetap bertahan hidup, yaitu banyak kalori. Otak juga dilatih bahwa lemak dan gula bisa menjadi solusi. Karena itu, otak hanya melakukan apa yang sudah dilatih selama jutaan tahun agar Anda tetap hidup.

Tidak hanya neuron di korteks orbital frontal yang mendorong Anda untuk mengonsumsi makanan dengan kalori besar. Mereka juga memantau kemajuan Anda.

Begitu neuron mengenali Anda memakan apa yang mereka anjurkan, mereka akan mulai sedikit kurang aktif. Hal itulah yang mendasari mengapa keinginan Anda turun setelah beberapa saat, serta mengapa Anda tak yakin daya tarik makanan selajutnya?

Pada titik itu, tubuh Anda mungkin menginginkan sesuatu yang berbeda dan lebih sehat, karena sudah mendapatkan kalori yang diperlukan untuk bertahan hidup. Junk food yang diproduksi secara massal pertama kali ada pada 1893.

Soda pertama kali disajikan di apotek di Amerika sebagai obat sakit perut. Apakah Anda memperhatikan bahwa logo makanan cepat saji memiliki warna merah dan kuning? Kedua warna tersebut ternyata membuat Anda paling bersemangat untuk makan.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement