Selasa 19 Jan 2021 19:55 WIB

SEAQIL Inisiasi Klub Literasi Sekolah

Klub Literasi Sekolah (KLS) mendukung program pemerintah memajukan literasi.

SEAMEO QITEP in Language (SEAQIL) menginisiasi program Klub Literasi Sekolah (KLS), Selasa (19/1).
Foto: Dok SEAQIL
SEAMEO QITEP in Language (SEAQIL) menginisiasi program Klub Literasi Sekolah (KLS), Selasa (19/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- SEAMEO QITEP in Language (SEAQIL) memulai tahun 2021 dengan inisiasi program Klub Literasi Sekolah (KLS). KLS sebagai dukungan pada program pemerintah dalam pemajuan literasi di Indonesia, yakni Gerakan Literasi Nasional (2017) and Asesmen Nasional (2021).

Direktur SEAQIL, Dr  Luh Anik Mayani mengatakan,  dalam konteks literasi yang dinamis menghadapi era disrupsi, pemajuan literasi di lingkungan sekolah menjadi salah satu fokus utama SEAQIL. “Dengan adanya inisiatif pembentukan Klub Literasi Sekolah, SEAQIL berharap dapat memberikan dukungan nyata pada program pemerintah dalam pemajuan literasi di Indonesia, yakni Gerakan Literasi Nasional (2017), serta pemuatan literasi dalam komponen penilaian Asesmen Nasional (2021),” kata Luh Anik Maryani pada saat memperkenalkan Klub Literasi Sekolah (KLS) di Jakarta, Selasa (19/1).

Ia menambahkan, SEAQIL berkomitmen untuk mendukung pengembangan Literasi dengan berbagai modelnya. “Baik Literasi Baca dan Tulis, serta Literasi lainnya,” ujarnya dalam rilis yang diterima Republika.co.id. 

Luh Anik Mayani  mengungkapkan bahwa KLS diharapkan dapat mengintegrasikan tercapainya beberapa tujuan, yaitu (1) meningkatkan budaya literasi baca-tulis/tutur siswa; (2) meningkatkan kemampuan 4C siswa yang dituntut pada abad ke-21, yaitu berpikir kritis, kolaboratif, kreatif, dan komunikatif; (3) mengasah kemampuan siswa berbahasa asing; (4) mendukung kebijakan Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka; serta (5) memperluas jejaring kemitraan.

Deputi Direktur Administrasi SEAQIL, Dr  Misbah Fikrianto, menambahkan bahwa KLS sebagai implementasi kerja sama SEAQIL dengan Dinas Pendidikan Provinsi akan menjadi program rintisan yang dapat dikembangkan dan berdampingan dengan kegiatan lainnya.

“Tujuan tersebut kemudian direalisasikan menjadi kegiatan konkret dengan hasil produk yang akan melibatkan sekolah, guru, siswa, mahasiswa, praktisi komunitas literasi, media massa, dan pemangku kepentingan lainnya,” kata Misbah.

Ia mengemukakan, KLS akan dilaksanakan dalam satu siklus yang berdurasi tiga bulan. Siswa anggota KLS akan membaca satu buku atau menghasilkan suatu karya dengan tema tertentu, seperti karya sastra, pertunjukan seni, karya jurnalistik ataupun poster. “Selama prosesnya, komitmen dari seluruh pihak akan menentukan keberlangsungan dari KLS,” tuturnya.

Melalui program ini, kata dia, sekolah akan berperan aktif dalam membentuk KLS; komunitas literasi dan media massa akan berperan aktif dalam melatih mahasiswa menjadi instruktur/pendamping KLS; perguruan tinggi dan mahasiswa akan berperan aktif menjadi pendamping/instruktur KLS; siswa tentu akan berperan aktif dalam meningkatkan minat dan literasi baca-tulis/tutur mereka; sedangkan SEAQIL akan berperan aktif menjadi koordinator dan fasilitator kegiatan KLS.

photo
Narasumber inisiasi Klub Literasi Sekolah (KLS), antara lain Direktur SEAQIL, Dr Luh Anik Mayani; Deputi Direktur Administrasi SEAQIL, Dr Misbah Fikrianto; dan Benny Arnas dari Benny Institute. (Foto: Dok SEAQIL)

Benny Arnas, seorang pegiat dan praktisi dari salah satu mitra SEAQIL, yakni Benny Institute, berpendapat bahwa akses akan informasi, ilmu pengetahuan, ataupun tutorial kecakapan sangat mudah diakses saat ini. Hal tersebut dapat membawa dampak generasi terkini terpapar hal atau memiliki kecakapan yang tidak semestinya dan  tidak bisa mengarahkannya.  Sehingga,  menjadi kontra-produktif dengan kebutuhan perkembangan zaman saat ini.

“Oleh karena itu, KLS beserta komponen penggerak di dalamnya dapat menjadi salah satu solusi menghadapi pesatnya pertumbuhan konten yang tidak terkendali,” kata Benny.  Misbah mengungkapkan, sosialisasi Klub Literasi Sekolah mendapatkan sambutan yang baik dari pendidik dan tenaga kependidikan. Dalam kurun waktu dua hari, SEAQIL menerima guru/kepala sekolah sebanyak 150 yang tertarik dengan program KLS.

Sekolah tersebut tidak hanya berasal dari Dinas Pendidikan Provinsi Indonesia yang bermitra dengan SEAQIL (DI Yogyakarta, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, Sumatra Barat, dan Sumatra Utara), tetapi juga dari Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sumatera Selatan, serta Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah. “Partisipasi peserta yang banyak dan dukungan semua pihak, Klub Literasi Sekolah menjadi terobosan dan penambahan kegiatan unggulan pada kondisi Pandemik Covid-19,” paparnya.

Dalam sesi diskusi, perwakilan kepala sekolah dan guru turut menyampaikan aspirasi dan pertanyaannya. Faisal (kepala Perpustakaan SMK Negeri 3 Soppeng, Sulawesi Selatan) menanyakan solusi untuk mengajak siswa gemar literasi sekolah di masa pandemi. Benny Arnas kemudian memberikan contoh bahwa siswa akan jauh lebih tertarik pada kegiatan bertukar motivasi dan pengalaman dengan pihak luar, seperti wartawan koran lokal atau pekerja kreatif.

Ditambahkan, Seprah Madeni (kepala SMA Negeri 5 Pariaman, Sumatera Barat) yang juga mewakili sekolah-sekolah di Sumatra Barat menyampaikan ketertarikannnya pada Language Festival yang menjadi komponen puncak dalam KLS.  Luh Anik Mayani kemudian menanggapi bahwa Language Festival menjadi salah satu cara memberikan fasilitas atau pembinaan, supaya anak-anak atau sekolah selalu termotivasi mengikuti kegiatan ini.

Pada akhirnya, kata Luh Anik, SEAQIL berharap KLS dapat menjadi wadah bagi siswa untuk berekspresi dan mengaktualisasi penggunaan bahasa asing dalam konteks kehidupan nyata. “KLS juga dapat menjadi alternatif bagi sekolah maupun siswa dalam menunjang kegiatan ekstrakurikuler alternatif siswa selama pandemi Covid-19,” ujar Luh Anik.

Misbah menjelaskan tahapan pelaksanaan Klub Literasi Sekolah, dimulai dari Sosialisasi, Pelatihan (ToT) Pendamping, Workshop, Kompetisi, dan Unjuk Produk. “Sekolah dapat menyesuaikan dengan kondisi dan spesialisasi sekolah. Potensi yang dimiliki sekolah beragam dan sesuai dengan target capaian pembelajaran sekolah tersebut,” ujar Misbah Fikrianto.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement