Senin 27 Sep 2021 08:30 WIB

Kementerian Pendidikan ASEAN Dukung Pemajuan Literasi

Mereka juga sepakat mendukung pemajuan bahasa Asia Tenggara.

Red: Irwan Kelana
Sebanyak 11  perwakilan dari Kementerian Pendidikan Se-Asia Tenggara berkumpul dalam acara Pertemuan Dewan Pembina (Governing Board Meeting/GBM) ke-12 di Bogor, 22-23 September 2021.
Foto: Dok SEAQIL
Sebanyak 11 perwakilan dari Kementerian Pendidikan Se-Asia Tenggara berkumpul dalam acara Pertemuan Dewan Pembina (Governing Board Meeting/GBM) ke-12 di Bogor, 22-23 September 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR – Sebanyak 11  perwakilan dari Kementerian Pendidikan Se-Asia Tenggara berkumpul untuk membahas program pemajuan pendidikan bahasa di Asia Tenggara pada Rabu (22/9). Mereka berkumpul dalam acara Pertemuan Dewan Pembina (Governing Board Meeting/GBM) ke-12.  Program yang menjadi bahasan, di antaranya penelitian terkait kebijakan bahasa dan  pendidikan bahasa, serta Klub Literasi Sekolah Asia Tenggara.

Merujuk pada keberagaman bahasa dan budaya di Asia Tenggara serta adanya dorongan globalisasi, Kemendikbudristek melalui Organisasi Menteri-Menteri Pendidikan Se-Asia Tenggara (SEAMEO), berpartisipasi dalam upaya pemajuan pendidikan bahasa di Asia Tenggara. Upaya yang dilakukan di antaranya dengan mengajukan program berbasis penelitian  dan pengembangan kompetensi terkait kebahasaan melalui forum yang melibatkan 11 perwakilan Kementerian Pendidikan di Asia Tenggara.

Plt  Kepala Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat, Kemendikbudristek, Anang Ristanto mengungkapkan bahwa terlepas dari Covid-19, sistem pendidikan nasional di tiap-tiap negara-anggota SEAMEO perlu menyesuaikan diri untuk memenuhi tuntutan global yang terus berubah. Menurut Anang, kebijakan pendidikan diperlukan untuk menjawab kebutuhan praktis untuk pembangunan bangsa dan globalisasi. Terkait kebutuhan globalisasi, selain teknologi, Anang mengungkapkan bahwa negara-negara anggota SEAMEO perlu meningkatkan pengakuan keterkaitan antara bahasa dan pembangunan. 

“Komunitas ASEAN yang lebih kuat dapat dicapai melalui penguasaan bahasa yang baik dan pemahaman nilai-nilai moral budaya-budaya besar di Asia Tenggara. Oleh karena itu, komunitas ASEAN dapat memupuk identitas dan kekuatan kolektifnya untuk terlibat dengan dunia, menanggapi perkembangan baru, dan menangkap peluang baru. Bagi SEAMEO QITEP in Language, dapat berkontribusi lebih banyak untuk memberikan referensi, policy brief, serta program dan kegiatan untuk memperkuat komunitas ASEAN melalui bahasa,” kata Anang dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Ahad (26/9).

Dalam pertemuan tersebut, para perwakilan yang hadir menyoroti konsep warga negara ASEAN yang “ideal” yang diartikan sebagai seseorang yang dapat berbicara satu atau lebih bahasa resmi/nasional di negara-negara ASEAN. Dengan demikian, dalam rangka membangun identitas kolektif ASEAN, setiap negara ASEAN dapat mendorong generasi mudanya untuk belajar dan menguasai bahasa resmi/nasional negara tetangganya. Thailand, misalnya, mendorong siswanya untuk belajar bahasa Indonesia ataupun sebaliknya. Namun, tidak semua negara di ASEAN menerapkan kebijakan serupa terkait pendidikan bahasa asing di sekolah.

Terkait dengan ini, SEAMEO QITEP in Language (SEAQIL) sebagai penyelenggara pertemuan tersebut mengusulkan penelitian kebijakan bahasa dan pendidikan bahasa di Asia Tenggara. Usulan penelitian tersebut memiliki tujuan a) mengidentifikasi kebijakan bahasa yang diterapkan oleh setiap negara di Asia Tenggara, b) mengidentifikasi bahasa yang diajarkan di sekolah-sekolah Asia Tenggara dan pendidikan tinggi, c) memberikan policy brief dan/atau rekomendasi kepada Kementerian Pendidikan di Negara-Negara Anggota SEAMEO mengenai pendidikan bahasa di negara-negara Asia Tenggara dan d) mempromosikan bahasa resmi/nasional negara-negara ASEAN untuk diajarkan di sekolah-sekolah Asia Tenggara atau pendidikan tinggi dalam rangka memperkuat identitas kolektif ASEAN. Terkait dengan ini, 11  perwakilan Kementerian Pendidikan Se-Asia Tenggara mendukung dan memberikan masukan terkait rencana penelitian pendidikan dan bahasa oleh SEAQIL.

Selain itu, SEAQIL mengusulkan program berbasis pengembangan literasi di sekolah, yakni Klub Literasi Sekolah (KLS) Asia Tenggara, yang akan didiseminasikan mulai tahun 2022. KLS dirancang sebagai program untuk meningkatkan kecakapan hidup siswa melalui literasi membaca serta meningkatkan keterampilan/kompetensi bahasa asing. KLS mengintegrasikan beberapa target, yaitu meningkatkan literasi membaca-menulis siswa, kompetensi 4C (berpikir kritis, kolaborasi, kreativitas, dan komunikasi), serta kelancaran berbahasa. Selain itu, KLS bertujuan untuk memberikan kesempatan magang bagi mahasiswa.

Pertemuan Dewan Pembina (Governing Board Meeting/GBM) merupakan pertemuan tahunan yang dilaksanakan oleh SEAMEO Regional Centre termasuk SEAMEO QITEP in Language dalam rangka mengevaluasi program dan aktivitas yang telah dan akan dilaksanakan oleh Centre selama satu tahun fiskal. Pada tahun 2021, SEAQIL melaksanakan 12th GBM secara luring dan daring pada 22—23 September 2021. SEAQIL menghadirkan (secara daring) 11 perwakilan dari Kementerian Pendidikan di Asia Tenggara (Brunei Darussalam, Filipina, Indonesia, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Singapura, Thailand, Timor-Leste, dan Vietnam). 

 “Pertemuan yang dikemas dalam 12th Governing Board Meeting SEAQIL ini sangat bermanfaat dengan adanya informasi dan wawasan dari perwakilan Kementerian Pendidikan Se-Asia Tenggara terkait pemajuan pendidikan bahasa, selain adanya persetujuan dari para perwakilan atas program, anggaran, dan hal-hal lain yang terkait dengan operasional dan kegiatan SEAQIL,” kata   Direktur SEAQIL, Dr Luh Anik Mayani.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement