Rabu 03 Feb 2021 13:15 WIB

Ilmuwan Lacak Pasien AIDS Pertama dari Tentara Perang Dunia

Tentara perang dunia I yang kelaparan terpaksa berburu hewan untuk makanan.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Dwi Murdaningsih
HIV/AIDS (Ilustrasi)
Foto: Flickr
HIV/AIDS (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, OTTAWA -- Ilmuwan mencari asal usul penyakit AIDS. Penyakit yang disebabkan oleh virus HIV ini kemungkinan awalnya berasal dari simpanse ke manusia karena seorang tentara Perang Dunia I yang kelaparan terpaksa berburu hewan untuk makanan.

'Pasien Nol' yang tidak diketahui itu adalah bagian dari kekuatan invasi 1.600 pasukan Belgia dan Prancis dalam perang dunia I.  'Pasien Nol' merujuk pada pembawa pertama suatu penyakit menular.

Baca Juga

"Pasien Nol ini telah melakukan perjalanan dari Leopoldville di Kongo Belgia ke pos terdepan terpencil di Kamerun," kata ahli mikrobiologi Kanada Jacques Pepin, dilansir di NY Post, Rabu (3/2).

Pepin pernah bekerja sebagai mantri di Afrika Tengah pada 1980-an. Dalam buku edisi 2011, Pepin awalnya mengemukakan HIV melompat dari simpanse ke manusia setelah seorang pemburu Afrika yang terluka membunuh salah satu binatang ini pada tahun 1921, menjadi terinfeksi dalam prosesnya.  

Pepin kemudian mencatat bagaimana penyebaran virus dipicu ke seluruh dunia oleh kolonisasi, pelacuran, dan kampanye kesehatan masyarakat.

Dalam edisi kedua, yang dirilis bulan ini, Pepin mengacu pada penelitian di arsip medis di Afrika dan Eropa yang menunjukkan bahwa 'Pasien Nol' bukanlah pemburu asli, melainkan seorang prajurit Perang Dunia Pertama yang kelaparan. Ia terpaksa berburu simpanse untuk makanan ketika resimennya macet di hutan terpencil di sekitar Moloundou, Kamerun, dan kehabisan persediaan makanan.

Sebagian besar buku tentang AIDS dimulai pada tahun 1981, ketika sekelompok pria gay di AS mulai meninggal setelah tertular pneumonia yang mematikan. Sejak itu, HIV terus membunuh 33 juta orang dan menginfeksi hampir 76 juta orang di seluruh dunia.

"Beberapa orang mungkin mengatakan bahwa memahami masa lalu itu tidak relevan," tulis Pepin dalam pengantar edisi baru bukunya.  

"Kita memiliki kewajiban moral kepada jutaan manusia yang telah meninggal, atau akan mati, karena infeksi ini.  Kedua, tragedi ini difasilitasi (atau bahkan disebabkan) oleh intervensi manusia: kolonisasi, urbanisasi, dan mungkin kampanye kesehatan masyarakat yang bermaksud baik," kata dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement