REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang P.S.Brodjonegoro mengatakan tim Universitas Gadjah Mada untuk pengembangan GeNose C19 akan membangun sistem untuk pusat pengumpulan seluruh data analisis COVID-19 dari GeNose C19.
"Semua data di seluruh Indonesia itu akan langsung dikirim ke central di Universitas Gadjah Mada (UGM) untuk di UGM diuji lagi apakah program yang ada ini perlu di-'update' atau tidak," kata Menristek/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dalam konferensi pers secara virtual Hybrid Launching "GeNose C19 Inovasi Indonesia untuk Kepariwisataan Indonesia", diJakarta, Jumat.
GeNose C19 buatan Universitas Gadjah Mada merupakan alat skrining COVID-19 berbasis embusan napas yang menggunakan kecerdasan artifisial.
Dengan semakin banyak data yang masuk, maka tingkat akurasi dari kinerja kecerdasan artifisial pada GeNose C19 akan semakin tinggi.
Rencananya, tim UGM juga akan membuat alat khusus untuk menggantikan komputer jinjingyang menjadi alat pendukung saat ini ketika mengoperasikan GeNose C19.
Selain itu, Menristek Bambang berharap agar ke depan ada inovasi untuk menggantikan penampung embusan napas berbahan plastik menjadi lebih ramah lingkungan.
"Saya terus meminta carilah sesuatu yang lebih ramah lingkungan," tuturnya.
Menurut Menristek, GeNose C19 perlu ditempatkan di sektor pariwisata, pabrik dan kantor-kantor untuk melakukan penapisan COVID-19 terhadap orang yang datang berwisata dan para karyawan atau pekerja.
Selain itu, GeNose C19 juga bisa digunakan di tempat umum seperti mal, stasiun dan terminal bus.
"Mobilitas orang tentunya tetap harus mengikuti protokol kesehatan tetapi GeNose harapannya bisa membantu mobilitas yang mengikuti protokol kesehatan ini bisa lebih bergerak bisa lebih memulai upaya untuk pemulihan ekonomi," ujarnya.