Oleh : Rita Nurlita, Pranata Humas Diskominfo Kota Depok
REPUBLIKA.CO.ID, --- Pada 2 Maret 2020, dua warga Kota Depok terkonfirmasi terinfeksi Corona Virus Disease (COVID-19) setelah melakukan kontak dengan rekannya, seorang warga negara (WN) Jepang, yang telah terkonfirmasi positif Covid-19 terlebih dulu. Kini setahun sudah berlalu sejak pertama kalinya Corona Virus Disease (Covid-19) teridentifikasi di Indonesia. Telah banyak upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Depok baik dalam bidang pencegahan maupun penanganan Covid-19.
Dalam kanal Youtube yang dirilis pada 2 Maret 2021, Wali Kota Depok, Mohammad Idris, menyampaikan berbagai langkah yang telah ditempuh oleh Kota Depok baik di bagian hulu maupun hilir. Seperti membentuk Kampung Siaga Covid-19 yang kini telah diintegrasikan menjadi Kampung Siaga Tangguh Jaya, Pembatasan Sosial Kampung Siaga yang kini telah diintegrasikan juga menjadi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM Mikro), pelaksanaan penanganan kasus hingga pemulasaran jenazah, melakukan penambahan infrastruktur untuk pasien yang membutuhkan perawatan, melakukan vaksinasi sesuai dengan kriteria dan ketersediaan vaksin, serta berbagai upaya lainnya.
Dalam bidang komunikasi, selama satu tahun ini setidaknya mengelompokkan komunikasi pandemi ke dalam 4 fase yaitu fase outbreak Covid-19, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) dan fase Perubahan Perilaku. Untuk strategi komunikasi yang dilakukan, dibuat secara berbeda disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Adapun kinerja komunikasi yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Depok dalam setiap fase adalah sebagai berikut:
Fase Pertama: Outbreak Covid-19
Fase outbreak Covid-19 ini merupakan fase awal di mana kasus positif Covid-19 pertama kali teridentifikasi di Indonesia. Sebagai kota pertama dimana kasus Covid-19 ditemukan, saat itu Kota Depok langsung menjadi pusat pemberitaan. Banyak pertanyaan masuk baik melalui telepon maupun berbagai media sosial, khususnya aplikasi pesan seperti Whatsapp.
Beragam informasi pun tak henti berseliweran dari berbagai grup sehingga banyak yang merasa kesulitan membedakan mana yang bersifat fakta dan kabar bohong (hoax). Masih minimnya informasi terkait Covid-19 saat itu membuat banyak orang menjadi kaget, panik, takut, dan khawatirkarena hal ini baru terjadi di Indonesia bahkan dunia.
Komunikasi yang dilakukan pada fase ini lebih bertujuan memberikan ketenangan kepada masyarakat melalui informasi resmi yang disampaikan secara cepat dari sumber yang terpercaya. Karena pada situasi seperti itu, sekecil apa pun informasi yang diberikan akan sangat berharga bagi masyarakat. Terbukti, dengan diselenggarakannya konferensi pers dan pembuatan video blog (vlog) singkat yang menghadirkan wali kota Depok sebagai sumber pesan, mampu menjawab dan meluruskan informasi yang simpang siur, sekaligus meredakan tingginya kepanikan dan ketakutan masyarakat.
Di fase ini, strategi komunikasi yang dilakukan lebih difokuskan pada how to educate atau memberikan edukasi kepada masyarakat tentang Covid-19, khususnya yang terkait dengan karakteristik, cara penularan dan cara pencegahannya. Pesan komunikasi disebarluaskan melalui berbagai kanal sesuai dengan karakterisktik pesannya. Ada yang melalui media sosial, pemberitaan online, dan kampanye tatap muka langsung ke sekolah dan masyarakat oleh berbagai dinas terkait di Kota Depok serta melibatkan third party endorser seperti para dokter, Kementerian Kesehatan, dan sebagainya.
Konten komunikasi di fase ini selain dibuat langsung oleh tim dari Pemerintah Kota Depok, juga banyak mengadopsi dan meneruskan pesan yang dibuat oleh pemerintah pusat. Pesan kunci yang digunakan dan sering digaungkan adalah “Waspada Harus, Panik Jangan!”.