Selasa 20 Apr 2021 14:11 WIB

Kartini Melawan Kejumudan Zaman dengan Budaya Ilmu

Kisah Kartini selalu memberikan banyak prespektif.

Red: Agung Sasongko
Lukisan Kartini (tengah)
Foto:

Benih Perjuangan Kartini

Kartini lahir dari seorang wanita yang berasal dari keluarga buruh pabrik gula Mayong pada 21 April 1879. Ngasirah, namanya. Wanita yang sebelumnya juga melahirkan seorang bayi laki-laki bernama Sosrokartono.

Terdapat kemungkinan bahwa Kartini tidak mengenal secara dalam mengenai ibunya sendiri, karena disamping ibunya hanyalah selir yang berasal dari golongan rakyat jelata, dalam masyarakat feodal pribumi, terdapat keyakinan bahwa wanita menduduki tempat yang sangat tidak berarti. 

Bertahun setelah kelahirannya, Kartini akhirnya masuk sekolah pertamanya. Sekolah Rendah Belanda. Di sekolahnya ini, tentu ia mengalami diskriminasi. Mulai dari pengelompokan berdasarkan kedudukan orang tua dalam susunan sosial, hingga warna kulit.  

Meskipun demikian, diskriminasi yang Kartini terima lebih banyak berasal dari guru-gurunya. Berdasarkan surat yang ia tulis pada Stella Zeehandelaar, Kartini menceritakan bagaimana kebanyakan guru-gurunya tidak memberikan angka tinggi pada siswa-siswa Jawa, meskipun mereka berhak menerimanya.

Di tahun-tahun selanjutnya, Kartini harus menjalani pingitan selama empat tahun. 

Setelah sebelumnya ia memohon kepada ayahnya untuk dapat mengikuti jejak kakak laki-lakinya untuk meneruskan sekolah di Semarang, permohonnya ditolak. Kartini hanya bisa pasrah, kemudian bersama dua adiknya yang lain, ia menghabiskan masa panjang itu dengan membaca buku. Salah satu buku yang menjadi kecintaanya adalah buku milik Multatuli berjudul Max Havelaar. 

Kartini mulai mengenal lingkungannya, lingkungan pribumi di luar tembok tinggi tempat ia hidup. Sebuah sistem sosial yang berdasarkan pada tata hidup feodalisme. Terdapat kasta-kasta yang berkembang; terbagi menjadi golongan ningrat atau bangsawan, hingga golongan rakyat jelata yang Kartini lihat lebih banyak mengalami kemalaratan dalam hidup mereka. 

Bahkan dalam lingkungan keluarganya sendiri. Ada kekakukan yang tercipta dalam hubungan antara dirinya dan saudara-saudaranya. Terdapat jurang menganga yang memisahkan satu kasta dengan lainnnya; memerintah. Golongan bawah harus menerima atas segala kata yang diucapkan oleh golongan atas.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement