Ahad 11 Jul 2021 23:22 WIB

UGM Siapkan Tim Psikolog untuk Atasi Pandemi

UGM menyiapkan 55 55 psikolog internal dan bisa melibatkan rekanan jika diperlukan.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Dwi Murdaningsih
Pasien menunggu perawatan di dalam ambulans di tengah lonjakan kasus COVID-19 di Rumah Sakit Umum Dr. Sardjito di Yogyakarta, Indonesia, Rabu, 7 Juli 2021.
Foto: AP/Slamet Riyadi
Pasien menunggu perawatan di dalam ambulans di tengah lonjakan kasus COVID-19 di Rumah Sakit Umum Dr. Sardjito di Yogyakarta, Indonesia, Rabu, 7 Juli 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Pandemi corona virus disease yang berkepanjangan bisa mengakibatkan gangguan psikologis. Tidak cuma bagi pasien, gangguan psikologis dapat pula menimpa keluarga, masyarakat sampai tenaga kesehatan, sehingga memerlukan penanganan.

Kepala Unit Konsultasi Psikologi (UKP) Fakultas Psikologi UGM, Edilburga Wulan Saptandari mengatakan, sejak awal pandemi mereka sudah berpartisipasi dalam penanganan. Di bawah Satgas Covid UGM, dihadirkan call center yang dapat dihubungi untuk konsultasi.

Baca Juga

Yayi menilai, melonjaknya kasus covid saat ini peran tim psikolog akan diperkuat. Terlebih, UGM telah menyiapkan shelter bagi pasien bergejala ringan di beberapa lokasi. Tim terdiri dari mahasiswa Magister Psikologi, psikolog UGM dan rekanan.

"Kita memiliki 55 psikolog internal dan nanti bisa melibatkan psikolog rekanan jika diperlukan," kata Yayi, Ahad (11/7).

Untuk dukungan psikososial dilakukan secara bertahap. Misal, ketika pasien datang pertama bisa langsung mendapat penanganan dari mahasiswa Magister Psikologi, tapi jika memerlukan penanganan lebih dilanjut ke psikolog dari UKP Fakultas Psikologi.

Tahapan penanganan psikologi secara prinsip perlu psychological first aid (PFA) agar mereka lebih tenang dan tidak panik dengan kondisi yang dialami. Yayi melihat, gangguan psikologi tidak hanya dialami pasien dan keluarga, namun tenaga kesehatan.

"Nakes saat ini juga sangat lelah. Mereka nakes yang ada di garda depan hingga yang melakukan tracing, kemudian satu per satu menghubungi keluarga maupun pasien. Tentu ada kecemasan, termasuk munculnya psikosomatis," ujar Yayi.

Yayi menambahkan, mereka yang memerlukan dukungan psikososial ini memiliki tingkat penanganannya berbeda-beda. Ada yang lebih mudah namun ada pula yang sulit seperti mengalami depresi. Karenanya, konseling yang diberikan ini sifatnya mendukung.

"Membantu agar mereka bisa segera lepas dari gangguan psikologi akibat covid," kata Yayi.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement