Jumat 13 Aug 2021 05:41 WIB

FPP UMM Langsungkan Kelas Khusus Profesional Udang

Program ini untuk mendukung pemerintah dalam pelaksanaan kegiatan MBKM

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Hiru Muhammad
Fakultas Pertanian dan Peternakan (FPP) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) melangsungkan kelas khusus Profesional Udang. Program ini untuk mendukung pemerintah dalam pelaksanaan Program Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM) ini dilaksanakan pada Senin (9/8) lalu
Foto: istimewa
Fakultas Pertanian dan Peternakan (FPP) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) melangsungkan kelas khusus Profesional Udang. Program ini untuk mendukung pemerintah dalam pelaksanaan Program Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM) ini dilaksanakan pada Senin (9/8) lalu

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Fakultas Pertanian dan Peternakan (FPP) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) melangsungkan kelas khusus Profesional Udang. Program ini untuk mendukung pemerintah dalam pelaksanaan Program Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM) ini dilaksanakan pada Senin (9/8).

Kelas khusus profesional udang ini mengundang dua pakar secara daring untuk membahas tantangan dalam budidaya udang. Adapun kegiatan tersebut diikuti oleh para mahasiswa yang berminat di bidang budidaya udang.

Head of TS dan Training Center dari PT Suri Tani Pemuka, Sarwana, mengatakan, overfeeding dan penyakit merupakan dua di antara masalah-masalah dalam budidaya udang.

Pembicara yang berasal dari Aquafeed Division tersebut menyampaikan, pemberian pakan umumnya menggunakan metode tradisional dengan cara ditebar. "Hal ini berpotensi sebagian pakan tidak sampai dan tidak termakan oleh udang," kata Sarwana.

Menurut Sarwana, kondisi tersebut akan memicu timbulnya penyakit akibat menumpuknya limbah sisa pakan di dasar kolam. Untuk itu, sudah saatnya petambak beralih ke sistem budidaya intensif. Langkah ini diharapkan bisa memaksimalkan keuntungan ke depannya.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, para peternak udang bisa menggunakan alat bernama autofeeder machine. Mesin ini dilengkapi dengan komponen yang dapat diatur untuk memberikan pakan secara perlahan dengan interval waktu tertentu serta dalam durasi yang sudah ditentukan. Pengaturan otomatis tersebut mempermudah pekerjaan petambak dalam mengontrol jumlah pakan yang akan diberikan pada udang. 

Dengan pakan yang terkontrol, diharapkan akan mengurangi limbah sisa pakan di dasar kolam. "Hingga nantinya bisa menjaga kualitas air di mana udang tersebut dibudidayakan," jelasnya dalam pesan resmi, Kamis (12/8).

Di sisi lain, teknologi autofeeder ternyata masih memiliki beberapa kelemahan. Salah satunya adalah pakan yang keluar dari mesin bisa terlontar ke luar area tambak, apalagi jika kolam yang dimiliki terlalu kecil. Selain itu, ketika musim hujan, terkadang pellet pakan cenderung lengket akibat basah sehingga tidak bisa keluar dari mesin.

Sementara itu, Head Div. FM Technical Service & Lab dari CP. Prima, Heny Budi Utari menjelaskan, 90 persen kematian dalam budidaya akuatik disebabkan oleh penyakit. Untuk mengatasi masalah tersebut, penerapan biosecurity menjadi solusi yang patut dicoba. Bisa dimulai dengan memanajemen pakan dan limbah yang baik. Dengan meminimalisasi limbah sisa pakan di dasar kolam, kesehatan udang juga akan lebih baik. 

Menurut Heny, sudah saatnya para petambak untuk menerapkan manajemen kesehatan dalam pembudidayaan aquatik. Para petambak berskala rumah tangga per berusaha memiliki alat untuk mengontrol kualitas air untuk meminimalisasi penyakit. "Sebut saja alat cek transparansi air, pHmeter dan thermometer,” kata dia menambahkan.

 

 

 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement