Ahad 12 Sep 2021 06:30 WIB

CDC: Vaksin Moderna Paling Efektif Cegah Keparahan Covid-19

Studi terbaru CDC sebut vaksin Moderna paling ampuh cegah keparahan Covid-19.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Studi terbaru CDC sebut vaksin Moderna paling ampuh cegah keparahan Covid-19.
Foto: Antara/Wahyu Putro A
Studi terbaru CDC sebut vaksin Moderna paling ampuh cegah keparahan Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selama beberapa bulan terakhir terjadi peningkatan kasus terobosan yaitu infeksi SARS-CoV-2 pada orang yang telah menjalani vaksinasi. Meski sebagian besar kasus bergejala ringan, namun masih ada kemungkinan terjadi keparahan Covid-19.

Infeksi terobosan dengan gejala parah bisa dilatarbelakangi faktor-faktor tertentu seperti usia atau komorbid seseorang. Tetapi penelitian baru menunjukkan bahwa vaksin yang Anda dapatkan juga berperan mengatasi itu.

Baca Juga

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) menerbitkan studi baru pada 10 September, yang melihat keefektifan dari tiga vaksin Covid-19 yang digunakan di AS: Moderna, Pfizer dan Johnson & Johnson. Para peneliti meninjau lebih dari 32 ribu catatan medis dari 187 rumah sakit dan 221 unit gawat darurat di sembilan negara bagian sejak Juni hingga Agustus 2021, ketika varian delta menjadi jenis virus yang dominan.

Dari studi itu, CDC menyimpulkan bahwa vaksin Moderna lebih melindungi peserta studi dari keparahan Covid-19 selama gelombang delta. Terhadap rawat inap, Moderna memiliki kemanjuran vaksin 95 persen, sedangkan efektivitas vaksin Pfizer 80 persen, Johnson & Johnson 60 persen.

Sementara dalam hal pencegahan kunjungan gawat darurat dan perawatan darurat, Moderna 92 persen efektif, sementara Pfizer dan Johnson & Johnson masing-masing 77 dan 65 persen efektif.

Penelitian ini juga menggemakan penelitian terbaru lainnya. Sebuah studi yang diterbitkan 30 Agustus di Journal of American Medical Association membandingkan respon antibodi setelah vaksinasi dengan Pfizer dan Moderna di antara 2.500 petugas kesehatan dari Belgia, dan menemukan bahwa vaksin Moderna menghasilkan antibodi dua kali lebih banyak daripada vaksin Pfizer. 

Studi lain dari Mayo Clinic pada 8 Agustus menemukan bahwa orang yang menerima vaksin Moderna memiliki pengurangan risiko dua kali lipat untuk infeksi terobosan dibandingkan dengan vaksin mRNA lainnya.

CDC tidak memberi kesimpulan mengapa Moderna dapat menghasilkan lebih banyak perlindungan, tetapi para peneliti dari studi lain mengemukakan beberapa alasan. Salah satunya adalah Moderna memiliki jumlah mRNA bahan aktif yang lebih tinggi dalam vaksinnya daripada Pfizer. 

Setiap dosis vaksin Moderna mengandung 100 mikrogram vaksin, sedangkan setiap dosis Pfizer hanya mengandung 30 mikrogram. Kemungkinan lain adalah perbedaan waktu internal, karena ada jeda tiga minggu antara suntikan untuk vaksin Pfizer, dibandingkan dengan interval empat minggu untuk Moderna.

“Studi observasional kami menyoroti bahwa sementara kedua vaksin mRNA COVID-19 sangat melindungi terhadap infeksi dan penyakit parah, evaluasi lebih lanjut dari mekanisme yang mendasari perbedaan efektivitas mereka seperti rejimen dosis dan komposisi vaksin masih sangat diperlukan,” kata peneliti Mayo Clinic seperti dilansir dari Best Life, Ahad (12/9).

Namun pada dasarnya, menurut CDC, divaksin dengan apapun masih bisa memberikan perlindungan. Menurut CDC, ketiga vaksin tersebut memiliki tingkat efektivitas sekitar 86 persen dalam mencegah rawat inap terkait virus.

"Intinya adalah kita memiliki alat ilmiah yang dibutuhkan untuk mengatasi pandemi ini. Vaksinasi berfungsi dan akan melindungi kita dari komplikasi parah COVID-19," kata Direktur CDC, Rochelle Walensky dalam briefing Gedung Putih pada 10 September.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement