REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Organisasi asma nasional di Amerika Serikat (AS) memperingatkan bahaya tren yang beredar di media sosial belum lama ini. Tren tersebut memperlihatkan orang-orang menghirup hidrogen peroksida melalui nebulizer untuk mengobati atau mencegah COVID-19.
Yayasan Asma dan Alergi Amerika (AAFA) mengatakan, tren yang baru mencuat di Facebook, Twitter dan TikTok tersebut tergolong mengkhawatirkan dan berbahaya. Ini disampaikan AAFA dalam unggahannya.
"Jangan memasukkan hidrogen peroksida ke dalam nebulizer Anda dan menghirupnya. Ini berbahaya," kata organisasi itu dalam postingannya dilansir dari USA Today pada Kamis (23/9).
"Ini bukan cara untuk mencegah atau mengobati COVID-19," lanjut keterangan resmi AAFA.
Nebulizer adalah mesin yang digunakan oleh penderita asma yang mengubah obat cair menjadi kabut, yang dihirup orang dengan masker atau corong. Hidrogen peroksida adalah antiseptik yang biasa digunakan untuk mengobati luka ringan dan luka bakar. Kegunaan lain termasuk pembersih disinfektan, penghilang noda dan merupakan bahan umum dalam pemutih gigi, menurut Klinik Kesehatan Cleveland.
Bahan kimia tersebut juga dapat memiliki konsekuensi yang berbahaya, karena dapat menjadi racun jika tertelan atau terhirup, menurut Agency for Toxic Substances and Disease Registry. Jika terhirup, dapat menyebabkan iritasi pernapasan dan iritasi paru-paru yang parah tergantung pada seberapa encernya.
"Hanya gunakan obat asma yang diresepkan oleh dokter Anda di nebulizer Anda. Bahan kimia lain bisa berbahaya bagi paru-paru Anda," tulis AAFA.
Tren hidrogen peroksida adalah salah satu cara terbaru yang diklaim orang bahwa ada pengobatan rumahan yang dapat mencegah atau mengobati COVID-19 daripada menerima vaksin. Klaim sebelumnya termasuk penggunaan ivermectin, obat cacing bagi kuda yang bisa menjadi racun bagi manusia. Ivermectin menurut Food and Drug Administration AS tidak boleh dikonsumsi manusia.