Ahad 17 Oct 2021 01:50 WIB

Lucy, Misi Baru Demi Ungkap Asal Usul Tata Surya

Lucy akan meneliti asteroid Trojan, klaster batu antariksa di sekitar Jupiter.

Rep: Haura Hafizhah/ Red: Dwi Murdaningsih
Pelajar melihat mural tentang tata surya di kawasan Pademangan Timur, Jakarta Utara, Senin (11/11/2019).
Foto: Antara/Sigid Kurniawan
Pelajar melihat mural tentang tata surya di kawasan Pademangan Timur, Jakarta Utara, Senin (11/11/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah pesawat ruang angkasa Badan Antariksa Amerika (NASA) akan memulai perjalanannya ke wilayah luar tata surya yang belum pernah dikunjungi sebelumnya. Pesawat antariksa ini akan menjelajah ke sekumpulan asteroid yang mengorbit matahari di dekat planet Jupiter. Perjalanan ini diharapkan dapat mengungkapkan asal-usul tata surya.

"Asteroid tersebut adalah populasi benda kecil terakhir yang belum dijelajahi tetapi relatif dapat diakses yang mengelilingi matahari," kata Peneliti tentang Planet di Universitas Arizona, Tucson, Amerika Serikat Wisnu Reddy dikutip dari nature pada Jumat (15/10).

Baca Juga

Misi itu diberi nama Lucy dengan biaya 981 juta Dolar AS atau Rp 13 Triliun. Misi diluncurkan dari Cape Canaveral, Florida. Misi tersebut berjalan selama 12 tahun ke depan melakukan senam gravitasi untuk melewati enam asteroid, yang dikenal sebagai trojan Jupiter, untuk mengambil foto dan menentukan komposisi mereka. 

"Para ilmuwan berpikir trojan akan mengungkapkan informasi tentang pembentukan dan evolusi tata surya," kata dia.

Nama Lucy diambil dari nama sebuah fosil hominid berusia 3,2 juta tahun yang ditemukan pada tahun 1974 di Ethiopia yang membuka rahasia asal usul manusia.

Menurutnya, trojan sangat misterius. Asteroid mungkin terbentuk di bagian terluar tata surya sekitar 4,6 miliar tahun yang lalu, ketika bumi, jupiter dan planet-planet lain bersatu dari piringan gas dan debu di sekitar matahari yang baru lahir.  

Dalam skenario ini, interaksi gravitasi akan mengayunkan trojan ke dalam dimana mereka sekarang mengorbit sebagai contoh yang relatif murni dari blok bangunan tata surya. Para ilmuwan dapat mempelajari trojan untuk memahami seperti apa bagian primordial tata surya yang jauh tanpa harus mengirim misi jauh-jauh ke luar sana.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement