Oleh : Heka Hertanto, Ketua Umum Artha Graha Peduli
REPUBLIKA.CO.ID, Indonesia menduduki urutan ketiga sebagai negara yang memiliki hutan hujan terluas di dunia, setelah Brazil dan Kongo. Berdasarkan buku Potret Keadaan Hutan Indonesia yang disusun oleh Forest Watch Indonesia tahun 2019, hutan tersebut merupakan cadangan karbon dunia dan setiap kerusakan dapat berdampak serius terhadap perubahan iklim global (Michael, 2001).
Hutan merupakan paru-paru dunia. Hutan mempunyai berbagai jenis pepohonan dan tanaman yang memiliki kemampuan menyerap karbondioksida yang dihasilkan oleh manusia, membentuk oksigen serta mengatur siklus air dengan menyerap air melalui akar-akar yang dimilikinya. Hutan merupakan bagian penting dari siklus air sehingga dapat mencegah terjadinya banjir serta sebagai penyumbang produksi oksigen terbesar didunia. Diperkirakan hutan Indonesia menyumbang 40 persen produksi oksigen dunia.
Indonesia diberikan anugrah oleh Tuhan sebagai negara di urutan ketiga yang memiliki hutan hujan tropis terluas di dunia, setelah Brazil dan Kongo. Hutan adalah salah satu penentu sistem penyangga kehidupan dan bahkan juga menjadi ruang hidup bagi seluruh makhluk hidup tidak terkecuali manusia.
Hutan hujan tropis di Indonesia sangatlah spesial, karena merupakan ekosistem unik tempat berkembangnya flora dan fauna endemik yang spesifik nan langka. Seperti hutan hujan tropis di Pulau Sumatera yang merupakan tempat tinggal empat hewan endemik khas yaitu harimau, gajah, orangutan serta badak sumatera. Sayangnya ke empat spesies hewan ini dalam kondisi terancam punah.
Harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) merupakan satu-satunya spesies harimau yg masih terdapat di Indonesia. Spesies harimau lain di Indonesia seperti harimau bali dan harimau jawa sudah punah di 1937 dan tahun 1980. Hanya tersisa harimau sumatera yang adalah spesies harimau terkecil di antara sembilan spesies harimau pada dunia yang masih hidup di rimba Sumatera. Harimau sumatera memiliki keunikan tersendiri karena memiliki ciri khas yang berbeda yaitu warna kulitnya lebih gelap dengan garis belang hitam yang lebih rapat.
Baca juga : Roehana Koeddoes, Jurnalis Muslimah Pertama Muncul di Doodle
Kementerian Lingkungan hidup serta Kehutanan Indonesia mengungkapkan, populasi harimau sumatera saat ini hanya tersisa sekitar 600 ekor dan masuk dalam daftar merah International Union for Conservation of Nature atau Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN). Harimau sumatera dikategorikan sebagi hewan yang terancam punah sehingga perlu dilindungi.
Berkurangnya populasi harimau sumatera dikarenakan oleh bermacam faktor seperti deforestasi, alih guna lahan dipinggiran hutan taman nasional, perburuan liar, konflik harimau dengan masyarakat yang tinggal di sekitar hutan dan sebagainya. Harimau menjadi sasaran perburuan liar karena kulit, tulang, dan beberapa bagian tubuh dianggap berkhasiat sehingga memiliki nilai ekonomi yang tinggi.
Perburuan liar juga berdampak bagi berkurang populasi hewan-hewan mangsa harimau seperti rusa, kijang, babi dan kancil, sehingga menyebabkan sering terjadi harimau masuk ke wilayah tinggal manusia di sekitar hutan untuk mencari makanan. Hal ini diperparah oleh adanya perubahan alih fungsi wilayah sekitar hutan dari wilayah penyangga hutan menjadi fungsi lahan lain seperti kebun sawit, perumahan, persawahan dan sebagainya.