Jumat 26 Nov 2021 08:27 WIB

Layanan Digitalisasi Dinilai Permudah Pelaku UMKM

Ada 70 persen UMKM lebih sering menggunakan uang elektronik untuk bertransaksi.

Ilustrasi pembayaran digital.
Foto: Www.freepik.com
Ilustrasi pembayaran digital.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kemunculan perusahaan yang menyediakan layanan finansial berupa pinjaman online, produk investasi, metode pembayaran dengan uang digital, hingga perencanaan keuangan terus tumbuh berkembang sampai saat ini. Kehadiran mereka tidak dapat dimungkiri, merupakan bagian dari kemajuan zaman dalam menjawab kecepatan pelayanan keuangan bagi masyarakat, serta menggerakan perekonomian suatu negara. 

Salah satu yang fokus di pembayaran digital adalah Dana. Chief Executive Officer (CEO) Sana, Vincent Iswara mengatakan, sampai saat ini pihaknya telah menggaet 90 juta pengguna dan mayoritas adalah UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah).

Baca Juga

Vincent menjelaskan, tercatat ada 70 persen UMKM lebih sering menggunakan uang elektronik untuk bertransaksi. Pelaku UMKM banyak merasakan dampak positif dari hadirnya uang elektronik.

"Jadi data terakhir itu Rp29 triliun, ini pertumbuhan 55% dari tahun ke tahun dan angkanya ini bertumbuh kembang, namun masih di tahap awal," kata dia dalam Webinar Katadata x UTS, dengan sesi 'Accelerate Economic Recovery Through Digital Finance', Kamis (25/11).

Ia menuturkan, kelebihan digital payment adalah dapat mendukung transparansi dalam transaksi. Kemudian, membuat sistem pembayaran dan perekonomian juga secara keseluruhan menjadi lebih efisien.

Menurut Vincent, Presiden Jokowi pernah menyebutkan bahwa satu dari tiga pilar utama pembangunan ekonomi adalah transformasi digital. Karena itu, lanjut dia, perlu dukungan semua pihak untuk terus mengembangkannya.

"Dan ini adalah sangat keren dan sangat mengagumkan karena kita semua mulai memasuki era (digitalisasi) ini bersama-sama," ucap dia.

Kemudian, pembiayaan melalui fintech lending juga terus meningkat sampai saat ini, seiring bertambahnya kebutuhan keuangan di masyarakat. 

Salah satu teknologi finansial yang bergerak di bidang peer-to-peer lending adalah PT Investree Radhika Jaya. Investree mencatat total fasilitas pinjaman Rp7 triliun hingga September 2020.

"Saya percaya bahwa kehadiran kami disini sangat relevan terutama di waktu Covid-19. Karena pandemi menutup, mengunci atau membatasi mobilitas dan juga tidak adanya akses untuk kredit," kata Co-Founder & CEO Investree, Adrian Gunadi.

Terkait dengan UKM, Adrian mengatakan, pihaknya terus berkomitmen untuk menghadirkan solusi bisnis digital bagi mereka, mengingat adanya pandemi Covid-19 membuat pelaku usaha terus dituntut berpikir bagaimana menjaga bisnis agar tetap hidup.

"Kami juga mempertahankan kualitas kredit, menjadi jangkauannya 90 hari dan kita juga bisa memastikan hal tersebut untuk pembayaran pandemi. Jadi kita punya jangkar yang kuat untuk membuat UKM dapat bertahan," kata dia.

Kemudian, Professor of Finance University Technology of Sydney (UTS), Talis Putnins pun mengungkap bahwa keuangan digital akan memberikan peluang yang kuat untuk menggerakkan perekonomian suatu negara, meski ada atau tidaknya pandemi Covid-19.

Melalui keuangan digital, dinilainya juga dapat membangun ulang sistem keuangan negara yang ada saat ini. "Namun kita masih ada di tahap awal dan masih banyak yang perlu dilakukan," kata dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement