REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman mengatakan, berdasarkan laporan riset awal di Afrika Selatan dan Israel, varian Omicron patut diwaspadai adalah karena kemampuan penularannya yang cepat.
"Omicron 1,3 Kali lebih cepat menular daripada Delta Varian, angka reproduksinya lebih besar dari Delta namun belum bisa dipastikan nilainya," kata Dicky dalam keterangannya yang diterima republika.co.id, Rabu (1/12).
Oleh karenanya, cakupan vaksin dan disiplin protokol kesehatan seperti terus memakai masker, selalu menjaga jarak, melakukan karantina dan memiliki ventilasi serta sirkulasi udara yang baik masih sangat efektif untuk mencegah penularan Covid-19. Dicky menekankan, orang yang tidak divaksinasi 2,4 kali lebih berisiko mengalami keparahan.
Dalam riset tersebut juga disebutkan varian Omicron dapat mengurangi efikasi vaksin dan antibodi pada penyintas. Booster vaksin dinilai bisa menurunkan risiko keparahan sampai 90 persen.
"Virus berpotensi dapat mengurangi efektivitas pengobatan. Namun gejala umum sejauh ini relatif sama dengan varian Delta namun masih harus menunggu 3 minggu ke depan perkembangan data, " tutur Dicky.
Ia kembali menekankan, semua varian COVID-19 mayoritas bergejala ringan sampai sedang, namun sekitar 5 persen akan perlu ICU/Ventilator. Faktor kecepatan penularan akan berpengaruh pada potensi beban Fasilitas Kesehatan.