Rabu 29 Dec 2021 19:15 WIB

Minat Mahasiswa Terhadap Program MBKM Tinggi

Mahasiswa harap program MBKM berjalan lancar.

Minat Mahasiswa Terhadap Program MBKM Tinggi
Foto: Dok Republika
Minat Mahasiswa Terhadap Program MBKM Tinggi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Universitas Kristen Krida Wacana (UKRIDA) menyelenggarakan seminar hasil bertajuk “Bantuan Pendanaan Program Penelitian Kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka dan Pengabdian Masyarakat Berbasis Hasil Penelitian dan Purwarupa Perguruan Tinggi Swasta Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi dan Riset & Teknologi Tahun Anggaran 2021” secara hybrid di Mercure Hotel, Ancol, Jakarta Senin (27/1). Seminar hasil ini menghadirkan perwakilan dari Ditjen Diktiristek untuk memberikan sosialisasi mengenai pembuatan dan pengumpulan laporan akhir.

Rektor UKRIDA, Dr Wani Devita Gunardi, berterima kasih kepada Kemendikbud Ristek atas pendanaan hibah yang diberikan yang tentunya sangat bermanfaat bagi UKRIDA maupun masyarakat sebagai target dari pendanaan hibah yang diusulkan.

Baca Juga

"Kita mengapresiasi topik-topik yang telah diusulkan masing-masing tim penelitian maupun pengabdian masyarakat dirancang sangat menarik dan relevan dalam Kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM)," kata Dr Wani.

Pada seminar itu, masing-masing tim pengusul dari penelitian maupun pengabdian masyarakat melakukan pemaparan proses, pelaksanaan, hingga hasil dari kegiatan yang dilakukan. Tim penelitian 1 membahas mengenai “Pengembangan Model & Framework Ekosistem Digital Learning untuk Memfasilitasi Pembelajaran Berpusat Pada Siswa MBKM”.

Dr Lidia Sandra dan tim menguji beberapa faktor determinan partisipasi mahasiswa dalam program MBKM, antara lain: pengaruh sosial, kondisi pendukung, keputusan pemerintah, rekognisi, insentif keuangan, utilitas, serta kemudahan.

"Berdasarkan survei terhadap 745 partisipan, tim menemukan bahwa diluar dari keputusan pemerintah yang telah ada, ternyata pengaruh sosial memiliki peranan yang sangat penting terhadap partisipasi program MBKM," katanya.

Pengaruh sosial yang ditemukan meliputi keinginan mahasiswa untuk merasakan pengalaman di luar bidang kuliah, berkontribusi dalam masyarakat, merangsang tantangan baru dan ingin “exist”.  Serta, lingkungan dan teman yang mengikuti program MBKM, kemudian diikuti oleh beberapa kondisi pendukung.

Di antaranya terdapat fasilitas yang cukup untuk peserta,  dukungan orang tua dan pihak kampus, terdapat jaminan keamanan dan keselamatan dari pemerintah, dan kondisi pandemi yang telah kondusif.

"Mahasiswa mengharapkan partisipasi mereka terhadap program MBKM ini sesuai dengan apa yang mereka harapkan'" katanya.

Selain itu, pengetahuan partisipan terhadap suatu program menjadi hal yang sangat penting, karena dapat mempengaruhi jumlah partisipasi dan kepuasan partisipan. Pengetahuan manfaat dan ketertarikan mahasiswa terhadap program MBKM sangat tinggi sekitar 81,6 persen.

Begitu juga tingkat kepuasan pelaksanaan program MBKM mencapai 84,78 persen bagi dosen dan 71,74 persen bagi mahasiswa. Apabila program yang dilakukan bermanfaat maka partisipasi akan meningkat dan kepuasan juga akan meningkat, begitu juga sebaliknya.

Peneliti lainnya, Lidia Sandra juga melakukan analisis sentimen terhadap seluruh mahasiswa di Indonesia, melalui twitter. Sekitar 63 persen sentiment positif terhadap program MBKM, wordcloud yang ditemukan dari partisipan seperti terdapat insentif uang saku, pujian terhadap Indonesia dan presiden.

Namun terdapat 37 persen sentimen negatif yang mengungkapkan masalah terhadap konversi nilai, perasaan lelah mengikuti program MBKM. Perasaan sedih karena kesulitan atau gagal saat penyeleksian program MBKM, pembayaran uang insentif yang tertunda.

Dalam dunia pembelajaran, ada beberapa pro dan kontra antara mahasiswa yang menyukai teori lalu ada yang yang lebih menyukai praktek. Ada mahasiswa yang menyukai jika teori diikuti oleh praktek yang sesuai. Sehingga mahasiswa memiliki bayangan bagaimana sebenarnya teori itu bekerja.

Lalu ada saran dari salah satu mahasiswa untuk memunculkan sesi diskusi bersama dosen ataupun sesama mahasiswa untuk menjawab pertanyaan pertanyaan dan berbagi pengalaman. Diskusi yang diikuti dengan keterbukaan dari dosen juga membantu perencanaan materi pembelajaran yang implementatif dan berguna bagi mahasiswanya.

Tentunya partisipasi dari mahasiswa terhadap program MBKM ini jika sesuai dengan harapan dari mahasiswa, maka akan meningkatkan kepuasan partisipan.

Dr Lidia  menyatakan pandemi secara tidak langsung memberikan efek memaksa bagi perguruan tinggi untuk melakukan transformasi digital. Sejalan dengan itu, program MBKM juga ditargetkan untuk meningkatkan kualitas lulusan mahasiswa menyambut era transformasi digital.

Jika sebagai perguruan tinggi diminta untuk menyiapkan lulusan yang kompeten, melek digital, dan siap menyambut ekonomi digital. Bagaimana kita sebagai perguruan tinggi melakukan transformasi digital?

"Sehingga dikembangkanlah sebuah framework yang berlandaskan pada “service management” yang mengarah pada “service value driven” yang dapat membentuk ekosistem dari digital learning services yang selanjutnya menjadi referensi bagi perguruan tinggi untuk mempersiapkan dirinya dalam melakukan transformasi ke arah digital learning services," katanya.

Sementara itu, mengingat pentingnya digital learning yang memberikan dampak positif bagi proses belajar mengajar, tim penelitian 2 meneliti “Pendekatan Technology Acceptance Model untuk Menganalisis Penggunaan Sistem Digital Learning Ukrida dalam Pelaksanaan Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka”.

Dr Oktavia dan tim telah menyelenggarakan Forum Group Discussion (FGD) secara langsung dari mahasiswa dan dosen. Berdasarkan pengamatan, dari berbagai aplikasi dan platform yang digunakan UKRIDA, disimpulkan bahwa aplikasi digital learning yang digunakan di Ukrida (UVC maupun New Sisfo) telah sesuai dengan kebutuhan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement