REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perkembangan di era modern 4.0 saat ini membuka wawasan yang semakin luas terkait pendidikan yang tak hanya berfokus pada tekstual saja. Tanpa mengesampingkan pendidikan akademik, mendukung anak untuk mendalami minat dan potensinya menjadi salah satu metode optimalisasi sistem belajar anak.
Di sisi lain ada masalah pada generasi saat ini. Menurut psikolog Adriano Rusfi, banyak anak yang sudah dewasa dari sisi fisik tapi belum menjadi dewasa dari sisi cara berfikir dan menyelesaikan masalah kehidupan.
Melihat potensi sekaligus ingin mengatasi masalah tersebut Juni Handoko bersama Ratih Wulandari membuat terobosan baru dalam pendidikan yakni meyelenggarakan Kurikulum Aqil Baligh di Flexi School. Untuk mencapai tujuan tersebut mereka menggunakan metode Agile Education yaitu pembelajaran adaptif dengan cara tangkas dan cekatan dalam prosesnya.
Flexi School yang terdiri dari level Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas ini menggunakan metode pembelajaran yang fleksibel dan menyesuaikan kebutuhan masing-masing siswa. Dengan format non formal atau kesetaraan paket A, B dan C memudahkan siswa dalam merancang program dan project yang akan di tekuninya.
“Siswa kelas 9 di tempat kami ada yang sedang menjalankan project trading saham, fotografi, belajar tulisan kanji jepang, bahkan mengambil sertifikasi ethical hacker berstandar internasional. Termasuk jika siswa ingin mengambil project dalam menghafal Al-Quran dan belajar Bahasa arab dalam target sekolahnya,” kata Juni Handoko
"Kurikulum Aqil Baligh ini adalah bagaimana kami bisa mengantarkan para siswa menjadi dewasa cerdas dan spiritual serta berakhir sukses menuju impiannya. Untuk itu, kami memberikan ‘ruang belajar’ luas sebagai bekal untuk mempersiapkan anak menjadi dewasa. Harapannya anak mampu memikul tanggung jawab dan mengambil peran dalam rangka tujuan penciptaan manusia, yakni menjadi khalifah di bumi dan beribadah kepada Allah," ungkap Juni melanjutkan.