Selasa 04 Jan 2022 10:22 WIB

PTMT Jadi Solusi di Tengah Pandemi

Pembelajaran terbatas dilakukan secara bertahap

Siswa berbaris selama sesi kelas di sebuah sekolah dasar di Depok, Indonesia, 03 Januari 2022. Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan pedoman pelaksanaan pembelajaran tatap muka terbatas anak-anak, yang berlaku mulai Januari 2022.
Foto: EPA-EFE/ADI WEDA
Siswa berbaris selama sesi kelas di sebuah sekolah dasar di Depok, Indonesia, 03 Januari 2022. Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan pedoman pelaksanaan pembelajaran tatap muka terbatas anak-anak, yang berlaku mulai Januari 2022.

Oleh : Ayi Karmilah (Guru SD El Fitra Bandung)

REPUBLIKA.CO.ID, Penyebaran Covid-19 masuk  ke Indonesia sekitar bulan Maret. Untuk mengantisipasi penyebaran virus tersebut secara masif di berbagai wilayah Indonesia, pemerintah membuat kebijakan baru terutama di sektor pendidikan yaitu menerapkan sistem  pembelajaran jarak jauh.

Seiring waktu hampir dua tahun pembalajaran  jarak jauh  berlangsung,  pemerintah mengevaluasi kualitas pembelajaran tersebut sehingga ada  satu langkah baru untuk meningkatan kualitas pembalajaran  yaitu dengan menerapakan sistem pembelajaran tatap muka terbatas yang disingkat PTMT.

Pembelajaran tatap muka terbatas memberikan warna baru bagi masyarakat Indonesia, khusunya para peserta didik di masa pandemi. Kejenuhan belajar secara on-line bisa terobati dengan pembelajaran tatap muka terbatas walau tetap harus memperhatikan protokol  kesehatan.

Masyarakat  menyambut baik pembelajaran tatap muka terbatas ini dengan harapan para peserta didik bisa lebih memahami pembelajaran yang disampaikan oleh guru di  sekolah. Selama pembelajaran jarak jauh ini banyak kendala dihadapi oleh peserta didik diantaranya fasilitas yang kurang mendukung ketika pembelajaran jarak jauh  terutama di daerah-daerah dan juga pendampingan orang tua siswa ketika mereka belajar di rumah  tidak bisa maksimal untuk mendampingi putra-putrinya  dikarenakan orang tua harus bekerja dan juga mempunyai aktivitas yang lainya. 

Pembelajaran tatap muka terbatas ini tentunya menuai  pro dan kontra di kalangan orang tua. Bagi orang tua yang setuju mereka berpendapat bahwa belajar selama pembelajaran on-line tidak  maksimal mendampingi putra-putrinya dan  banyak pembelajaran yang tertinggal sangat jauh. Mereka menginginkan pembelajaran tatap muka  dengan harapan  putra dan putrinya bisa lebih belajar maksimal di sekolah didampingi oleh para guru.  

Baca juga : PTM 100 Persen, Epidemiologi: Pemerintah Kurang Hati-Hati

Bagi orang  tua yang tidak setuju dengan adanya pembelajaran tatap muka terbatas mereka mengkhawatirkan penyebaran angka Covid-19   naik kembali  dan mereka mengkhawatirkan putra dan putrinya terkena virus corona tersebut. Virus corona tersebut bisa saja menular dari teman-temannya, para guru, orang tua yang mengantar ataupun diperjalanan menuju sekolah.  

Kecemasan orangtua siswa pun masih terus dirasakan apalagi dengan dengan adanya penyebaran covid 19 varian baru yaitu varian omicron yang cukup meresahkan masyarakat belakangan ini. Varian omicron menyebar sekitar bulan November, varian ini   mempunyai ciri-ciri yang hampir sama dengan varian sebelumnya. Hal tersebut yang membuat sebagian  orang tua merasakan kekhawatiran terhadap kesehatan putra-putrinya.  

Pro dan kontra dari orang tua  tentunya ditampung oleh pihak sekolah maupun pemerintah sebagai salah satu acuan bahan evaluasi. Supaya satu sama lainya tidak saling dirugikan baik yang setuju ataupun yang tidak setuju, sekolah memberikan angket kepada orang tua untuk memberikan suaranya apakah setuju atau tidak setuju pembelajaran tatap muka secara terbatas. Bagi yang tidak setuju dengan alasan yang dibenarkan seperti adanya penyakit komorbid atau yang lainya maka sekolah tidak menganjurkan siswa tersebut mengikuti PTMT. 

Pembelajaran tatap muka terbatas dilaksanakan secara bertahap dimulai dari 25 persen siswa masuk ke sekolah dan juga waktu yang masih dibatasi, meningkat menjadi 50 persen sampai 100 persen semua siswa masuk dan waktunya  normal kembali menjadi 6-8 jam perhari.  Walau masih dibatasi oleh jumlah, waktu tapi pembelajaran tatap muka terbatas berjalan dengan lancar di berbagai wilayah di Indonesia. Peningkatan   presentase dari   jumlah siswa,  jumlah jam dan jumlah hari, ini dilihat dari angka penyebaran covid 19  apakah menurun atau naik dan juga dapat  dilihat dari lolosnya screening tahap berikutnya sesuai  ketentuan pembelajaran tatap muka. 

Baca juga : Gelar PTM 100 Persen, DPR Minta Pemprov DKI Tetap Waspadai Omicron

Pembelajaran tatap muka terbatas dilaksanakan dengan jumlah jam perhari hanya 2 jam dengan sistem  shifting. Para siswa dibagi beberapa sesi masuk ke sekolah supaya mencegah kerumunan para  peserta didik maupun orang tua di sekolah. Setiap Sekolah yang mengadakan pembelajaran tatap muka terbatas  harus melalui berbagai tahapan diantaranya tahapan data base siswa, data base  guru yang sudah divaksin dan juga sarana dan prasarana yang mendukung untuk pembelajaran tata muka terbatas. Bagi sekolah yang lolos screening oleh diknas,  dinkes, dan satgas covid, hal tersebut baru bisa melaksankan pembelajaran tatap muka terbatas tentunya harus  mengikuti  peraturan-peraturan yang sudah ditetapkan.

Pembelajaran tatap muka terbatas ini materi yang diajarkanya   masih terbatas, tidak semua materi bisa diajarkan di sekolah secara menyeluruh. Materi yang disampaikan di sekolah adalah  materi  esensial yaitu materi yang bersifat krusial yang hanya bisa difahami jika disampaikan secara ofline sedangkan materi-materi yang lainya masih tetap belajar secara on-line. 

Para peserta didik masuk ke sekolah masih dibatasi, para peserta didik  hanya satu  hari sampai dua  hari masuk sekolah selebihnya masih tetap menggunakan sisitem on-line. Siswa melaksanakan pembelajaran tatap muka terbatas mempunyai pengetahuan lebih terhadap pembelajaran  yang tidak bisa didapat ketika pembelajaran secara jarak jauh. 

Dengan pembelajaran tatap muka terbatas ini  menjadi solusi  bagi para peserta didik dalam belajar di masa pendemi. Ada secercah cahaya bagi para peserta didik dalam meningkatkan pembelajaranya walau masih jauh dari maksimal. 

Harapan kedepanya semoga pembelajaran tatap muka bisa mencapai 100 persen dengan angka penyebaran Covid-19 terus menurun. Menjaga protokol kesehatan sangat penting supaya angka Covid-19  dapat ditekan penyebaranya dan para peserta didik  bisa kembali ke  sekolah lagi  dengan normal.

Baca juga : Baru Dua Hari PTM Penuh, SMAN 11 Semarang Diminta Evaluasi

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement