Ahad 16 Jan 2022 07:20 WIB

Sejarah Kebrutalan Belanda di Bali dan Penyesalan Kolektif yang tak Pernah Ada

Sejarah kekerasan kolonail Belanda di Bali

Red: Muhammad Subarkah
Tentara Belanda berpatroli di pedesaan Indonesia dalam masa perang kemerdekaan.
Foto:

Bukan Aksi Polisionil

Di kalangan sejarawan Belanda, citra dekolonisasi Indonesia telah banyak berubah dalam beberapa tahun terakhir. Mereka sampai pada kesimpulan betapa yang dilakukan Belanda pada periode 1945-1949 bukan aksi polisionil seperti yang tertera dalam buku-buku sejarah di sekolah-sekolah Belanda, tapi perang. Kesalahan yang dilakukan Belanda bukan ekses, melainkan kejahatan perang.

Sejarawan Swiss Remy Limpach, dalam buku De Brandende kampongs van generaal Spoor yang dirilis pada 2016 menunjukkan kekerasan Belanda antara 1945-1949 tidak bersifat insidental tapi struktural. Namun, rasa bersalah kolektif belum berkembang dengan baik.

Sejarawan Belgia David Van Reybrouck tahun lalu menerbitkan dakwaan kepada pemerintah Belanda setebal 500 halaman yang berjudul 'Revolusi'. Dalam dakwaan itu, Van Reybrouck mengutip penelitian yang mempertanyakan orang Eropa macam apa yang bangga dengan masa lalu kolonial mereka.

Disebutkan, lebih 50 persen orang Belanda masih bangga akan masa lalu kolonial mereka dan hanya enam persen yang malu atas penjajahan yang dilakukan di Indonesia. Bandingkan dengan Belgia, yang bangga dengan masa lalu kolonial hanya 23 persen.

Menurut Van Reybrouck, dalam kaitan inilah buku karya Lot Hoek sangat penting.

Bali Era Hindia-Belanda

Bali, menurut Lot Hoek, telah menjadi destinasi wisata sebelum Perang Dunia II. Orang-orang dari berbagai negara berkunjung dan menghabiskan berhari-hari di Bali. Bagi Pemerintah Hindia-Belanda, Bali adalah penghasil devisa.

Bali yang damai dan indah dilalui revolusi. Namun, Remy Limpach menunjukkan betapa banyak pertempuran di Pulau Dewata antara 1946-1949. Lebih menarik lagi, Bali memainkan peran penting dalam dekolonisasi Indonesia.

Tahun 1946, menurut catatan Belanda, Bali dihuni 1,5 juta jiwa. Penduduk terkonsentrasi dan sepanjang pantai dan sedikit ke arah pedalaman.

Dibanding Pulau Jawa, yang saat itu berpenduduk 50 juta jiwa, perlawanan Bali terhadap Belanda seharusnya relatif kecil. Yang terjadi justru sebaliknya. Di Bali, Belanda menjalankan perang teror untuk melemahkan perlawanan dengan membangun banyak kamp-kamp penyiksaan.

Lot Hoek melakukan kerja lapangan bertahun-tahun untuk menulis buku ini. Tidak hanya berbicara dengan mantan prajurit KNIL dan kerabatnya, tapi juga dengan para algojo, orang-orang yang diperintah melikuidasi orang Bali dan bekerja sama dengan Belanda.

Seperti di semua perang, kekerasan tidak hanya dilakukan satu, tapi kedua pihak. Lot Hoek juga memaparkan kekerasan yang dilakukan pihak Indonesia. Yang lebih menarik adalah Lot Hoek mengambil memoar tidak diterbitkan dan surat-surat pribadi prajurit KNIL yang ditemukan.

 

 

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
اَوْ كَالَّذِيْ مَرَّ عَلٰى قَرْيَةٍ وَّهِيَ خَاوِيَةٌ عَلٰى عُرُوْشِهَاۚ قَالَ اَنّٰى يُحْيٖ هٰذِهِ اللّٰهُ بَعْدَ مَوْتِهَا ۚ فَاَمَاتَهُ اللّٰهُ مِائَةَ عَامٍ ثُمَّ بَعَثَهٗ ۗ قَالَ كَمْ لَبِثْتَ ۗ قَالَ لَبِثْتُ يَوْمًا اَوْ بَعْضَ يَوْمٍۗ قَالَ بَلْ لَّبِثْتَ مِائَةَ عَامٍ فَانْظُرْ اِلٰى طَعَامِكَ وَشَرَابِكَ لَمْ يَتَسَنَّهْ ۚ وَانْظُرْ اِلٰى حِمَارِكَۗ وَلِنَجْعَلَكَ اٰيَةً لِّلنَّاسِ وَانْظُرْ اِلَى الْعِظَامِ كَيْفَ نُنْشِزُهَا ثُمَّ نَكْسُوْهَا لَحْمًا ۗ فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهٗ ۙ قَالَ اَعْلَمُ اَنَّ اللّٰهَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
Atau seperti orang yang melewati suatu negeri yang (bangunan-bangunannya) telah roboh hingga menutupi (reruntuhan) atap-atapnya, dia berkata, “Bagaimana Allah menghidupkan kembali (negeri) ini setelah hancur?” Lalu Allah mematikannya (orang itu) selama seratus tahun, kemudian membangkitkannya (menghidupkannya) kembali. Dan (Allah) bertanya, “Berapa lama engkau tinggal (di sini)?” Dia (orang itu) menjawab, “Aku tinggal (di sini) sehari atau setengah hari.” Allah berfirman, “Tidak! Engkau telah tinggal seratus tahun. Lihatlah makanan dan minumanmu yang belum berubah, tetapi lihatlah keledaimu (yang telah menjadi tulang belulang). Dan agar Kami jadikan engkau tanda kekuasaan Kami bagi manusia. Lihatlah tulang belulang (keledai itu), bagaimana Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging.” Maka ketika telah nyata baginya, dia pun berkata, “Saya mengetahui bahwa Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.”

(QS. Al-Baqarah ayat 259)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement