Senin 17 Jan 2022 06:30 WIB

Pemberian Booster: Vaksin Mana yang Paling Tepat?

Vaksin booster diperlukan karena antibodi menurun seiring waktu.

Red: Reiny Dwinanda
Petugas menyuntikkan vaksin booster Covid-19 untuk lansia di RSUD Ibu Fatmawati Sukarno, Solo, Jawa Tengah, Jumat (14/1/2022). Diperlukan penelitian lebih dalam untuk mengungkap strategi paling tepat dalam pemberian vaksin dosis penguat (booster).
Foto:

Vaksin penguat heterolog adalah salah satu kebijakan pemerintah terkait penggunaan vaksin dengan jenis yang berbeda dengan vaksin primer alias dosis satu dan kedua. Menurut Raph, bukti dari uji klinis berkualitas tinggi dan studi riil penting untuk memandu keputusan mengenai kapan, populasi mana, dan rejimen penguat apa yang harus diberikan dalam menghadapi penurunan kekebalan dan berbagai varian yang muncul.

photo
5 vaksin Covid-19 yang mendapatkan izin penggunaan darurat dari BPOM sebagai dosis penguat alias booster. - (Republika)

Temuan percobaan dapat membantu memandu pembuat kebijakan mempertimbangkan strategi pemberian vaksin dosis penguat yang paling efektif dan dapat diakses untuk bangkit maju dari dampak pandemi Covid-19. Selain itu, perlu dilakukan peningkatan kapasitas penelitian dalam negeri dan ilmu vaksinologi lokal melalui kemitraan antara pemerintah, industri dan akademisi untuk menjawab masalah tersebut.

Pada Rabu (12/1), pelaksanaan vaksinasi dosis penguat resmi bergulir secara nasional untuk mempertahankan kekebalan daya tahan tubuh masyarakat Indonesia dari ancaman Covid-19. Pemerintah telah mengalokasikan 130 juta dosis vaksin booster untuk tahap awal dengan total masyarakat sasaran berkisar 21 juta jiwa dari total 179 juta jiwa usia 18 tahun ke atas dan telah menerima dosis lengkap minimal enam bulan terakhir.

Kriteria prioritasnya adalah lansia, penerima bantuan iuran BPJS Kesehatan, dan kelompok rentan. Produk vaksin Covid-19 yang mendapat izin penggunaan darurat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk digunakan sebagai vaksin dosis penguat meliputi CoronaVac produksi PT Bio Farma, vaksin Pfizer, vaksin AstraZeneca, vaksin Moderna, dan vaksin Zifivax.

Varian vaksin itu bisa diberikan secara homolog atau merek yang sama dengan dosis lengkap primer maupun heterolog atau kombinasi dari merek berbeda. Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmizi menyatakan, vaksinasi dosis penguat yang diberikan pemerintah secara gratis untuk meningkatkan proteksi individu dari risiko penularan varian baru Covid-19 tidak bersifat wajib.

Nadia mengatakan, saat ini muncul informasi adanya penurunan efikasi vaksin secara alamiah sehingga pemerintah memutuskan untuk memberikan dan menyediakan vaksin penguat. Kebijakan pemerintah menggratiskan vaksin dosis ketiga itu untuk memastikan agar masyarakat bisa mengakses layanan sehingga upaya penanggulangan pandemi Covid-19 dalam diselesaikan dengan baik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement