Kamis 03 Feb 2022 20:33 WIB

Rektor UI: Di Tengah Globalisasi, Jangan Lupa Bangun Ekonomi Desa

Memperkuat ekonomi desa membantu masyarakat bertahan hidup ketika terdapat guncangan.

Red: Ani Nursalikah
Petani memanen bawang merah saat panen raya di kawasan food estate lereng Gunung Sindoro Desa Bansari, Temanggung, Jawa Tengah, Kamis (20/1/2022). Program food estate atau lumbung pangan oleh kementerian pertanian diharapkan mampu meningkatkan produktivitas pertanian hortikultura guna mendukung ketahanan pangan nasional sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani. Rektor UI: Di Tengah Globalisasi, Jangan Lupa Bangun Ekonomi Desa
Foto: Antara/Anis Efizudin
Petani memanen bawang merah saat panen raya di kawasan food estate lereng Gunung Sindoro Desa Bansari, Temanggung, Jawa Tengah, Kamis (20/1/2022). Program food estate atau lumbung pangan oleh kementerian pertanian diharapkan mampu meningkatkan produktivitas pertanian hortikultura guna mendukung ketahanan pangan nasional sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani. Rektor UI: Di Tengah Globalisasi, Jangan Lupa Bangun Ekonomi Desa

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rektor Universitas Indonesia (UI) Ari Kuncoro mengatakan perekonomian di tingkat desa dan keluarga juga perlu dibangun meskipun saat ini dunia semakin mengglobal.

"Globalisasi menyebabkan dunia menjadi seragam. Kalau seragam dengan situasi oke tidak apa-apa, tapi ini memberikan pelajaran perekonomian pada tingkat rumah tangga dan pedesaan harus mempunyai susbsistensi," kata Ari dalam Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) bersama Badan Anggaran DPR RI yang dipantau di Jakarta, Kamis (3/2/2022).

Baca Juga

Menurutnya, memperkuat perekonomian di desa dan rumah tangga dapat membantu masyarakat bertahan hidup ketika terdapat guncangan di pasar tenaga kerja. Masyarakat dari desa yang kehilangan pekerjaan di kota dapat pulang ke kampung halaman dan memproduksi sendiri kebutuhan mereka, misalnya dengan membangun kebun hidroponik.

"Bukan berarti mereka tidak ke kota sama sekali karena sekarang kan aksesnya sudah ada. Tapi melihat krisis ini kita harus berjaga-jaga karena globalisasi bukan jaminan," imbuhnya.

Globalisasi yang juga membuat sumber energi masyarakat dunia semakin seragam, menurutnya, dapat berdampak negatif ketika pasokannya mulai menipis. Karena itu masyarakat semestinya mulai mencari sumber energi alternatif yang banyak ditemukan di sekitar mereka.

Ia mencontohkan masyarakat di beberapa wilayah India menggunakan kotoran hewan untuk membangkitkan zat metan untuk melengkapi kekurangan pasokan LPG. Di samping itu, mereka juga menanam sendiri tanaman untuk kebutuhan rumah tangga, seperti cabai merah, kedelai, dan padi.

"Bukan berarti dia tidak membeli beras, dia tetap beli. Jadi fenomena globalisasi sekarang harus diimbangi dengan deglobalisasi," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement