REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 menyampaikan seseorang yang tidak bergejala tetap mampu menularkan virus COVID-19. "Hal ini berarti orang yang tampak sehat-sehat saja belum tentu terbebas dari infeksi COVID-19," ujar Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito dalam konferensi pers yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis (10/2/2022).
Ia mengatakan, menurut studi di China, orang tanpa gejala dapat menyumbangkan sekitar 24 persen dari keseluruhan penularan yang terjadi di populasi. Maka itu, Wiku meminta masyarakat untuk tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan secara menyeluruh, baik untuk orang sehat maupun sakit.
"Hal yang paling penting adalah terdapat kecenderungan sikap kehati-hatian," ucapnya.
Wiku menambahkan, strategi lain yang dapat dilakukan dalam menanggulangi penularan yang semakin masif, termasuk mengantisipasi keberadaan kasus tanpa gejala dengan meningkatkan rasio kontak erat atau jumlah orang yang diidentifikasi sebagai suspek kasus. Hal itu dikarenakan teknologi saat ini belum mampu mengukur apakah orang tanpa gejala lebih menular dibandingkan yang bergejala.
"Metode testing seperti PCR yang dapat mengukur CT Value hanya sekedar mengukur jumlah virus yang terdapat di dalam tubuh seseorang, bukan jumlah virus yang mampu ditularkan dari orang tersebut ke orang lain," paparnya.
Wiku menambahkan, strategi berikutnya dalam melakukan pencegahan penularan adalah melakukan surveilans aktif, khususnya pada tempat-tempat yang berisiko tinggi terjadi penularan seperti rumah sakit, kantor maupun sekolah. Kemudian, memprioritaskan percepatan vaksinasi pada kelompok rentan seperti lansia, penderita komorbid, dan orang yang belum divaksinasi sama sekali atau dosis penuh untuk mencegah risiko kematian yang tinggi.