Rabu 16 Feb 2022 20:59 WIB

Lumba-Lumba Air Tawar Terakhir di Kamboja Mati Kena Jaring Ikan

Lumba-lumba air tawar juga terancam polusi.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Dwi Murdaningsih
Lumba-Lumba  (ilustrasi). Lumba-lumba air tawar terakhir yang masih hidup di bentangan Sungai Mekong di timur laut Kamboja kini telah mati.
Foto: REUTERS
Lumba-Lumba (ilustrasi). Lumba-lumba air tawar terakhir yang masih hidup di bentangan Sungai Mekong di timur laut Kamboja kini telah mati.

REPUBLIKA.CO.ID, PHNOM PENH -- Lumba-lumba air tawar terakhir yang masih hidup di bentangan Sungai Mekong di timur laut Kamboja telah mati. Menurut pejabat margasatwa pada Rabu (16/2/2022), lumba-lumba Irrawaddy mati setelah terjerat jaring ikan.

Departemen Konservasi Perikanan Kamboja mengumumkan di halaman Facebook, mamalia air itu ditemukan mati di tepi sungai di provinsi Stung Treng dekat perbatasan dengan Laos pada Selasa (15/2/2022). Kantor berita Kamboja AKP menyatakan, ekor lumba-lumba terlihat terjerat jaring ikan sekitar seminggu sebelumnya.

Baca Juga

Dikatakan bahwa lumba-lumba tidak dapat berenang dengan benar setelah itu dan mati karena cedera. Dia  tidak mampu untuk menangkap mangsanya yang biasa untuk makanan.

Administrasi Perikanan Kamboja dan konservasionis lainnya menyatakan, alasan kematian lumba-lumba ini bukan hanya terjerat dalam jaring ikan. Spesies ini juga terancam oleh polusi.

Dalam beberapa tahun terakhir, risiko juga meningkat karena perubahan iklim dan perairan yang dibuat dangkal oleh pembangunan bendungan di hulu. Kedua kondisi itu mengurangi jumlah spesies air lain yang dimakan lumba-lumba.

Sensus pertama lumba-lumba Irrawaddy di Kamboja pada 1997 memperkirakan populasinya sekitar 200. Pada 2020, populasinya diperkirakan 89, tetapi ada optimisme saat itu bahwa jumlahnya telah stabil.

Lumba-lumba Irrawaddy atau dikenal sebagai lumba-lumba Sungai Mekong ini diklasifikasikan sebagai spesies yang terancam punah oleh International Union for Conservation of Nature. Kelompok lain dari lumba-lumba ini ditemukan lebih jauh ke hilir di Kamboja dan di dua sungai air tawar lainnya, Irrawaddy Myanmar dan Mahakam Indonesia di pulau Kalimantan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement