Oleh : Nora Azizah, Jurnalis Republika.co.id
REPUBLIKA.CO.ID, Kabar bahagia akhirnya datang bagi pandemi di Indonesia. Menyusul banyak negara dunia yang sudah melonggarkan peraturan, Indonesia menyatakan akan memasuki fase praendemi. Susunan protokol kesehatan praendemi juga mulai memasuki tahap akhir.
Alasan Indonesia berani menyatakan mulai memasuki fase praendemi karena kasus Covid-19 mulai membaik. Tren kasus Covid-19 secara nasional terus turun signifikan. Meski di beberapa daerah masih mengalami kenaikan kasus, tetapi tidak signifikan. Indonesia juga mulai percaya diri menyatakan praendemi dengan tingkat vaksinasi yang kian tinggi.
Pernyataan ini menjadi angin segar bagi kita yang sudah sangat lelah dengan pandemi. Mulai dari harus membatasi mobilitas, tekanan ekonomi, hingga aturan yang mewajibkan memakai masker dan menjaga jarak. Praendemi menjadi sebuah pintu menuju akhir dari pembatasan yang sebelumnya diterapkan.
Para ahli menyebutkan bahwa kasus Covid-19 yang mulai bisa dikendalikan memang benar. Tidak salah pula apabila banyak negara percaya diri melonggarkan kebijakan. Akan tetapi, para ahli menilai masih terlalu dini bagi masyarakat untuk bersikap santai.
Para pakar dunia memprediksi bahwa Covid-19 tidak akan hilang. Virus ini disebut akan beredar dalam waktu yang lama. Mau tidak mau, manusia di seluruh dunia harus siap hidup berdampingan dengan Covid-19.
Meski diperingatkan untuk tidak santai, masyaraat juga tidak perlu terlalu khawatir dengan keberadaan Covid-19 ketika dunia sudah menyatakan pandemi berakhir. Sebab, keberadaan Covid-19 akan seperti virus-virus yang sudah ada sebelumnya. Vaksinasi serta obat yang sudah dibuat saat ini bisa menanganinya.
Namun, para ahli tetap memperingatkan untuk tidak mengabaikan beberapa hal saat masuk fase praendemi. Hal yang terpenting adalah menjaga imunitas tubuh. Virus apapun yang berbedar di bumi, termasuk Covid-19, bisa menyerang manusia ketika imunitas tubuh menurun. Itu sebabnya penting menjaga daya tahan tubuh demi menangkal virus.
Tak hanya itu, para pakar juga menyarankan untuk segera mendapatkan vaksinasi apabila belum menyelesaikannya. Bahkan, bagi mereka dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah juga disarankan mendapatkan booster. Untuk saat ini, apabila banyak masyarakat yang kembali terjangkit Covid-19 maka bisa menimbulkan gelombang baru.
Hal lain yang juga perlu diwaspadai ketika masuk di fase praendemi adalah long covid. Tidak sedikit orang-orang di dunia yang mengalami long covid setelah sembuh. Tingkatan gejala long covid bervariasi, mulai dari yang ringan, sedang, hingga parah.
Beberapa studi mencatat, pasien Covid-19 yang sembuh bahkan bisa mengalami risiko sakit jantung hingga kerusakan pada otak. Terkait hal ini, para ilmuwan dunia mengaku masih membutuhkan banyak penelitian dan riset.
Para pakar juga meminta masyarakat dunia untuk tetap waspada terhadap virus Covid-19 yang bisa bermutasi. Seperti virus lainnya, Covid-19 bisa bermutasi dan tak bisa diprediksi, apakah mutasi virus akan lebih ringan atau berat.
Virus memang akan terus bermutasi. Apabila terinfeksi, maka gejala dan dampaknya yang dirasakan berbeda. Bisa jadi ketika terinfeksi mutasi virus tidak menimbulkan gejala, yang artinya virus jauh lebih ringan. Namun, bisa pula menimbulkan gejala lebih berat.
Lantas, kita harus apa? Hendaknya, kita sebagai warga Indonesia tidak terburu-buru. Jangan berkaca pada kondisi pandemi di negara lain yang sudah mencabut kewajiban pakai masker dan tak lagi menerapkan jarak sosial.
Indonesia masih di fase praendemi lho, belum menyatakan endemi. Ini artinya belum bisa benar-benar 'bebas'. Aturan pakai masker masih berlaku, jara jarak juga demikian.
Aturan tak lagi wajib antigen dan PCR bagi pelaku perjalanan transportasi darat dan udara juga sudah menjadi tanda Indonesia siap mengarah ke endemi. Jadi, janganlah dulu diabaikan aturan pakai masker dan jaga jarak. Nanti malah timbul masalah lagi. Sabar dulu, pelan-pelan saja, ya...