Kamis 24 Mar 2022 00:18 WIB

Dosis Booster Tingkatkan Kembali Perlindungan dari Vaksin Covid-19 Terhadap Omicron

Booster dibutuhkan karena perlindungan dari vaksin Covid-19 turun seiring waktu.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Reiny Dwinanda
Petugas menyuntikan vaksin Covid-19. Dosis penguat (booster) dapat mengembalikan level perlindungan dari vaksin Covid-19 terhadap varian omicron.
Foto:

Penelitian yang dilakukan dari 27 November 2021 hingga 12 Januari 2021 ini mengamati lebih dari satu juta orang yang terinfeksi varian omicron atau delta di Inggris. Pengamatan hanya melihat apakah orang mengembangkan penyakit ringan, bukan pada hasil yang parah, seperti rawat inap.

Mereka yang terlibat dalam penelitian telah divaksinasi dan mendapat dosis penguat dengan vaksin dari Pfizer, Moderna, atau AstraZeneca. Orang yang menerima dua dosis vaksin AstraZeneca, yang tidak diizinkan untuk digunakan di AS, juga memiliki perlindungan yang berkurang terhadap infeksi setelah beberapa bulan, serta setelah mereka menerima booster.

photo
Sudah divaksinasi, orang masih bisa kena Covid-19. - (Republika)

Penelitian lain juga menemukan bahwa vaksin mungkin tidak cukup untuk mencegah infeksi omicron, namun orang yang telah mendapat tiga dosis vaksin Covid-19 tampaknya memiliki perlindungan tertinggi. Selain itu, penelitian menunjukkan, dua dosis vaksin harus tetap memberikan perlindungan tinggi terhadap penyakit parah, rawat inap, dan kematian.

Sebuah studi terpisah, yang diterbitkan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat, menemukan bahwa dua dosis vaksin Covid-19 Pfizer memang tidak melindungi anak-anak berusia lima tahun dari omicron. Akan tetapi, suntikan itu membuat sebagian besar dari mereka tak perlu dirawat di rumah sakit.

Seorang ahli vaksin di Rumah Sakit Anak Philadelphia, Paul Offit, mengatakan, orang mungkin harus menerima kenyataan bahwa kekebalan yang diberikan oleh infeksi atau vaksinasi sebelumnya mungkin tidak terlalu baik untuk melindungi dari penyakit ringan. "Kami telah memberi label virus ini sebagai virus di mana tidak ada toleransi untuk penyebaran dan nol toleransi untuk infeksi tanpa gejala atau gejala ringan," ujar Offit yang tidak terlibat dalam penelitian ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement