REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Teleskop luar angkasa James Webb akan membuka pemandangan baru ke objek astronomi di seluruh alam semesta. Teleskop ini diharapkan bisa menyelidiki galaksi yang terbentuk miliaran tahun lalu hingga awan gas dan debu yang mengelilingi bintang yang baru lahir. Telskop ini seperti mesin waktu yang bisa membawa kita ke alam semesta 13 miliar tahun lalu.
Cahaya inframerah adalah bagian pembawa panas dari spektrum elektromagnetik dengan panjang gelombang lebih panjang dari cahaya tampak. Teleskop Luar Angkasa Hubble dioptimalkan untuk cahaya tampak tetapi juga dapat mendeteksi beberapa ultraviolet (panjang gelombang lebih pendek dari yang terlihat) dan beberapa inframerah.
Dilansir dari Space, Rabu (30/3/2022), Webb dikembangkan sebagai spesialis inframerah dan dapat inframerah yang jauh lebih besar. Kemampuan ini membuatnya bisa melihat lebih dalam ke alam semesta daripada yang dilakukan Hubble.
Karena alam semesta mengembang, galaksi-galaksi yang lebih jauh dari kita bergerak menjauh dengan kecepatan yang lebih besar daripada yang lebih dekat. Cahaya yang dipancarkan galaksi-galaksi ini digeser menjadi panjang gelombang yang lebih panjang, lebih merah, sebagai akibat dari efek Doppler (efek yang sama yang mendistorsi suara ambulans yang lewat), juga dikenal sebagai pergeseran merah dalam astronomi.
Lantaran cahaya inframerah tidak terlalu terpengaruh oleh gangguan debu, Webb juga akan memungkinkan para astronom untuk melihat apa yang terjadi di dalam awan debu di alam semesta yang lebih dekat. “Kami dapat menembus debu dan melihat proses yang mengarah pada pembentuk bintang dan planet,” kata ESA dalam sebuah pernyataan.
Ini berarti, misalnya, pandangan Hubble pada 2020 tentang “Pilar penciptaan” Nebula Elang yang ikonik dalam inframerah dapat terlihat berbeda dengan pandangan inframerah Webb. Pilar adalah zona pembentukan bintang yang terkenal, di mana Webb dapat memberikan lebih banyak wawasan.
“Pembentukan bintang di alam semesta lokal terjadi di pusat awan padat dan berdebu, tertutup dari mata kita pada panjang gelombang normal yang terlihat,” kata ESA dalam pernyataannya.
Mengintip objek di alam semesta yang lebih dekat akan memberikan jawaban tambahan yang selanjutnya akan membantu para astronom membangun pemahaman mereka tentang evolusi alam semesta.