REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di awal pandemi Covid-19, penderita asma dikhawatirkan lebih berisiko mengalami gejala yang berat bila terkena Covid-19. Alasannya, asma merupakan penyakit kronis yang mempengaruhi saluran pernapasan. Benarkah?
Seperti diketahui, beberapa masalah kesehatan yang mengenai saluran pernapasan dapat memperberat gejala Covid-19. Orang-orang yang mengidap emfisema misalnya, lebih berisiko untuk mengalami gejala berat bila terkena Covid-19. Oleh karena itu, muncul kekhawatiran bahwa asma juga bisa memberikan dampak serupa.
Studi berbasis populasi telah dilakukan di beberapa negara untuk mengetahui dampak asma terhadap keparahan Covid-19. Studi-studi ini tak menemukan adanya bukti bahwa asma dapat mendorong munculnya gejala Covid-19 berat.
Studi terbaru yang dilakukan oleh peneliti dari University of North Carolina juga menunjukkan hasil serupa. Bahkan, studi ini justru menemukan bahwa jenis asma alergi dapat memberikan perlindungan dari risiko terjadinya gejala berat Covid-19. Asma alergi merupakan jenis asma yang kekambuhannya dipicu oleh paparan alergen.
"Kami mengetahui bahwa ada alasan biomekanistik mengenai kenapa orang-orang dengan asma alergi tampak lebih terlindungi dari sakit berat (bila terkena Covid-19)," ungkap ahli biokimia dari University of North Carolina, Camille Ehre, seperti dilansir Science Alert, Senin (10/4/2022).
Dalam studi ini, tim peneliti menggunakan sel yang dikultur dari saluran pernapasan manusia. Untuk meniru jalan napas pasien asma, peneliti menggunakan protein kecil bernama //interleukin-13// (IL-13) di sebagian sampel yang mereka gunakan. Salah satu dampak dari keberadaan IL-13 pada penderita asma adalah meningkatkan produksi lendir hingga ke tingkat yang tidak menyehatkan.
Setelah itu, tim peneliti menginfeksi sel-sel yang telah dikultur dengan virus penyebab Covid-19, SARS-CoV-2. Pada sel dengan IL-13, SARS-CoV-2 tampak kesulitan menyerbu sel untuk memperbanyak diri dan menyebar. Pada sel tanpa IL-13, ada banyak infeksi SARS-CoV-2 yang terjadi.
Tim peneliti juga menemukan bahwa terapi IL-13 bisa mengurangi jumlah sel yang terinfeksi secara signifikan, sekaligus meningkatkan lendir yang diproduksi oleh sel-sel. Meski lendirnya dibuang, sel-sel tetap menunjukkan semacam perlindungan untuk melawan SARS-CoV-2.
Berdasarkan studi ini, tim peneliti menilai perlindungan yang dimiliki penderita asma alergi berasal dari IL-13 yang ada dalam diri mereka. Menurut tim peneliti, IL-13 memainkan peran yang untuk dalam melawan infeksi SARS-CoV-2 pada populasi pasien tertentu, yaitu pasien asma alergi.
"Shedding virus dan sel intens yang disebabkan oleh infeksi SARS-CoV-2 tampak dilemahkan oleh IL-13, yang mempengaruhi masuknya virus, replikasi, serta penyebaran virus," ungkap tim peneliti.
Sayangnya, IL-13 tak bisa digunakan sebagai terapi pengobatan dengan sendirinya. IL-13 merupakan bagian dari respons imun, yang artinya bisa memicu inflamasi pada jalan napas pasien.
Terlepas dari itu, temuan ini memberikan pandangan bar yang penting mengenai mekanisme di balik kasus Covid-19 yang berat. Temuan ini mungkin bisa membantu pengembangan obat terapeutik baru untuk Covid-19 di masa depan.
"Kami mengusahakan yang terbaik untuk melindungi pasien dari kejadian infeksi berat," jelas tim peneliti melalui studi yang dipublikasikan dalam jurnal PNAS.