REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Indonesian Hydration Working Group, Diana Sunardi meluncurkan infografik hasil survei IHWG yang menyatakan, selama bulan puasa tiga dari lima orang dewasa di Indonesia masih belum mencukupi kebutuhan minumnya. Bahkan banyak orang dewasa memiliki kecenderungan mengkonsumsi minuman ringan berpemanis.
Oleh karenanya, IHWG memperkenalkan aplikasi Hidrasiku yang mempunyai berbagai fitur seperti, water tracking, hydration tips, artikel serta reminder saat kita harus minum. Dengan aplikasi ini IHWG berharap dapat membantu masyarakat untuk memenuhi kecukupan hidrasi sehingga bisa membantu mengurangi risiko berbagai penyakit di kemudian hari akibat dehidrasi yang berkepanjangan.
Hydration Science Consultant Danone-AQUA, Tria Rosemiarti, sebagai mitra pendukung IHWG dalam kebiasaan minum yang baik dan gaya hidup sehat, juga turut menjelaskan terjadinya resiko gangguan tubuh akibat kurangnya asupan hidrasi dan menunjang ibadah puasa Ramadan kita secara maksimal, penting bagi kita untuk memperhatikan jumlah asupan dan juga memperhatikan kualitas air yang dikonsumsi. Air minum yang baik tentunya memiliki kriteria tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa dan tidak mengandung zat-zat berbahaya.
“Hal yang perlu diingat juga kita harus memastikan sumber air nya murni, berkualitas dan terlindungi dan telah sesuai dengan standar serta regulasi yang telah ditetapkan oleh BPOM dan pemerintah,” ucapnya.
Ahli Penyakit Dalam – Gastro Enterology, yang juga Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB FINASIM mengatakan selama puasa, orang cenderung menunjukkan konsumsi cairan yang lebih rendah dibanding saat tidak berpuasa, sehingga perlu mewaspadai risiko tersebut.
“Kita perlu menjaga cairan, air, dan elektrolit, untuk menghindari dehidrasi sehingga aktivitas selama berpuasa tidak terganggu. Anjuran minum minimal selama berpuasa tetap delapan gelas sehari, untuk itu maksimalkan waktu sahur, berbuka, dan setelah berbuka untuk minum, jangan hanya menunggu haus, agar kebutuhan hidrasi tubuh tetap tercukupi dengan baik,” ujarnya dalam keterangan resmi, Senin (11/4/2022).
“Selama Ramadhan, kita juga sering lupa untuk menghindari asupan yang bersifat diuretic seperti kafein, sehingga memicu banyak buang air kecil. Mengkonsumsi makanan yang asin dan pedas juga sebaiknya dikurangi karena dapat merangsang diare sehingga perlu disesuaikan dengan masing-masing individu. Tidak dianjurkan juga untuk mengonsumsi banyak cairan pada satu waktu karena dapat merangsang terjadi diuresis,” tambahnya
Sementara itu, kurangnya asupan hidrasi untuk anak saat menjalankan ibadah puasa juga harus diperhatikan oleh orang tua agar anak dapat merasakan manfaat puasa secara sehat. Pada kesempatan yang sama, Ahli Ginjal Anak, Prof. Dr. dr. Sudung O. Pardede, SpA(K) menjelaskan selama berpuasa, anak mengalami perubahan gaya hidup terutama pada pola diet dan pola istirahat, sehingga menyebabkan perubahan proses metabolik.
“Berpuasa tidak berbahaya bagi anak dan dianjurkan anak mulai berpuasa usia 7 hingga 8 tahun. Namun, hal ini juga bergantung pada lama berpuasa dan menyesuaikan dengan kebutuhan anak,” ucapnya.
Ahli Ginjal dan Hipertensi, Dr. Pringgodigdo Nugroho, SpPD-KGH menjelaskan selama Ramadan, memang akan ada risiko terjadinya dehidrasi. Adapun beberapa studi menunjukkan asupan cairan yang berkurang selama Ramadan dapat mengganggu fungsi ginjal karena akan mengabsorbsi cairan lebih banyak dibanding yang diekskresikan.
“Fungsi ini dapat menjadi stress tersendiri bagi ginjal untuk menjaga mekanisme tersebut. Namun, secara umum, serum osmolalitas sebagai salah satu parameter status hidrasi menunjukkan hasil normal selama puasa Ramadan. Tapi perlu diingat, bagi pasien dengan gangguan ginjal, sangat dianjurkan untuk berkonsultasi dengan dokter terkait karena setiap pasien memiliki risiko yang berbeda-beda tergantung pada kondisi serta penyakit yang diderita,” ucapnya.